Konflik yang ditampilkan juga kurang maksimal, entah konflik personal Freddie Mercury maupun konflik di dalam band nya. Sehingga pada beberapa adegan dimana seharusnya berpotensi memainkan emosi penontonnya, eksekusinya justru sangat mengecewakan.
Apalagi beberapa waktu lalu kita sudah disuguhi biopik Neil Armstrong dalam film First Man, yang memang maksimal dalam menceritakan sisi lain sang astronot galau tersebut.Â
Juga film musikal A Star is Born yang menguras emosi penontonnya, jauh lebih maksimal pengeksekusiannya dibandingkan Bohemian Rhapsody ini. Sehingga menyaksikan film ini nampak biasa saja, meskipun memang cukup menghibur dan sarat nostalgia.
Hanya saja bagi para fans Queen dan penikmat musik, jelas ini merupakan tontonan wajib. Menjadi tontonan yang menghibur untuk disaksikan sepulang kantor atau ketika berakhir pekan.
Apalagi, tersedia lirik di layar bioskop kala muncul lagu-lagunya. Dijamin akan membuat penonton bernyanyi bersama di sepanjang film. Dan bagi milenial yang belum mengenal Queen, tontonlah film ini. Setidaknya, kalian akan lebih mengerti bahwa di masa lalu kita pernah memiliki musisi rock yang karya-karyanya out of the box dan bisa dinikmati lintas generasi.Â
Lupakan sejenak musik EDM yang sudah terlalu lama "mengganggu" eksistensi rock di industri musik dunia. Resapi musik rock khas Queen dan nikmatilah wahana kapsul waktu yang membawa kita ke masa keemasan Queen dalam film Bohemian Rhapsody ini.
Selamat menonton. Salam kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H