Berbekal pengalamannya di lapangan itulah, pada akhirnya Neil diterima NASA untuk bergabung dalam proyek perjalanan ke bulan. Satu demi satu tes pun berhasil dilewati Neil Armstrong. Namun di balik semua itu, nyatanya tetap ada yang mengganjal dalam hatinya yang tidak bisa berlalu begitu saja.
Kematian anaknya karena kanker serta kematian teman-temannya pasca berbagai kegiatan uji coba, memengaruhi fokus dan emosinya. Namun di sisi lain, hal tersebut juga membuatnya semangat untuk menuntaskan misinya ke bulan. Misi Neil jelas merupakan langkah kecil baginya, namun merupakan lompatan besar bagi umat manusia.
Ryan Gosling Menunjukkan Kelasnya
Pendalaman dan perkembangan karakternya di film ini mampu ditampilkannya dengan baik sehingga memunculkan kharisma yang nampak nyata dari seorang Neil Armstrong.Â
Adegan yang paling memorable tentu saja saat adegan Neil menangisi anaknya yang meninggal. Selama beberapa menit kita disuguhi perubahan wajah Ryan Gosling dari yang menunjukkan raut wajah kuat, menjadi berkaca-kaca, hingga akhirnya pecah air mata sejadi-jadinya. Ryan Gosling sangat natural memerankan karakter ini.
Sinematografi dan Scoring yang Megah
Seperti dikutip dari The Verge, Linus berhasil menampilkan efek grainy layaknya film dokumenter lawas pada film ini, berkat penggunaan format film campuran yaitu 16mm dan 35mm, untuk kemudian dipadu dengan format IMAX pada beberapa adegan yang membutuhkan cakupan serta detail yang lebih luas, seperti contohnya pada adegan menjejakkan kaki di bulan. Jelas hal tersebut menghasilkan visualisasi yang unik pada film ini.Â