Bagi yang tumbuh di era 80-90'an, rasanya tidak mungkin tidak mengenal tiga tokoh komik ikonik yang selalu muncul di lembergar atau lembaran bergambar koran Poskota.Â
Saya sendiri selalu membaca komik ini kala kakak saya membeli koran ini untuk keperluan mencari kerja ataupun jual-beli kendaraan,hehe.
Doyok, Otoy, dan Ali Oncom merupakan tiga tokoh komik yang popularitasnya tidak perlu dipertanyakan lagi khususnya bagi warga Jakarta. Membawa cerita nyata keseharian warga ibu kota dibalut kritik yang sarkastik, membuat komik strip Doyok, Otoy dan Ali Oncom selalu dinanti kehadirannya.
Nah, ketiga karakter komik strip yang tidak pernah berada dalam satu frame komik tersebut, kemudian disatukan dalam film berjudul DOA: Cari Jodoh.Â
Disutradarai oleh Anggy Umbara yang sebelumnya sukses menggarap reborn Warkop DKI, DOA menghadirkan cerita baru dan segar dimana akhirnya ketiga tokoh komik tersebut bersatu dan mengkombinasikan kelucuan mereka di layar lebar.
Sinopsis
Namun pada kenyataannya, perjalanan pencarian cinta Doyok tak semulus yang diharapkan. Meskipun Doyok akhirnya berkesempatan bertemu dengan beberapa wanita, namun berbagai kejadian aneh yang kerap menjebaknya dalam situasi sulit terus menghampiri Doyok dalam proses pencarian jodohnya.
Poin Positif
Seperti contohnya kritik soal kinerja pembuatan e-KTP yang lamban dan pemilihan kepala daerah yang tak lepas dari politik uang semuanya mampu ditampilkan dengan tepat, tanpa memaksakan alur cerita di dalamnya.
Doyok yang nampak lugu namun kritis mampu ditampilkan dengan cukup baik oleh Fedi Nuril. Bahkan kita akan dibuat lupa akan peran melankolisnya dalam film ayat-ayat cinta berkat akting gemilangnya di film ini.Â
Pun Ali Oncom dengan lawakan garing dan cara tertawa khas nya juga kerap menjadi playboy dadakan mampu ditampilkan dengan baik oleh Dwi Sasono. Otoy pun mampu dihidupkan oleh Pandji dengan sempurna. Apalagi Pandji kabarnya memang melakukan riset khusus dengan sang kreator Otoy, demi mendapatkan detail karakter ini.
Adegan di pantai pun sepertinya memang dibuat Anggy Umbara sebagai penghormatan akan film-film komedi Indonesia tahun 80-90'an yang kerap menggunakan pantai sebagai setting tempatnya.Â
Sebut saja film Warkop serta Doyok dan Kadir yang kerap menghadirkan setting pantai dalam film-film mereka. Cukup membangun nostalgia bagi para penggemar film komedi Indonesia lawas seperti saya, hehe.
Poin Negatif
Sama seperti film Warkop Reborn garapan Anggy sebelumnya, film DOA ini pun menghadirkan banyak plot lubang dan adegan yang klise. Namun nampaknya memang hal tersebut tidak menjadi poin utama, karena Anggy berfokus pada sisi humor yang kental.
Kesimpulan
Pada akhirnya dengan melihat cara berjalan Doyok, cara tertawa Ali Oncom dan juga gaya aneh nya Otoy di film ini, rasanya seperti melihat lembergar Poskota yang hidup. Oh iya, lembergar ini juga sekarang bisa diakses online di poskartun.poskotanews.com.
Saya merekomendasikan film ini untuk disaksikan di hari libur kemerdekaan yang juga bersamaan dengan momen long weekend ini. Tapi, jangan mengajak anak-anak ya. Meskipun tidak banyak, beberapa adegan di film ini nampak kurang baik jika dilihat anak-anak.Â
Beberapa adegan cukup vulgar dan memang sesuai dengan komik strip nya yang sejatinya ditujukan untuk konsumsi orang dewasa.
Jadi, selamat menyaksikan film ini kompasianer!
Salam kompasiana. Salam merdeka !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H