Gebrakan Netflix di Industri Film Hollywood
Tak bisa dipungkiri, akuisisi
Mowgli dari Warner Bros merupakan langkah berani yang diambil Netflix untuk menunjukkan kompetensi mereka di Industri film Hollywood. Netflix jelas ingin berbicara lebih di kancah perfilman Hollywood dan juga Internasional melalui film kelas A yang dikemudian hari akan dilabeli dengan "Netflix Original".
Stranger Things (netflix.com)
Selama ini Netflix juga rajin menelurkan film-film produksi mereka sendiri, seperti
Okja,
Barry, dan yang terbaru
The Extinction. Namun selama ini film-film mereka kurang diminati layaknya serial tv original mereka. Nama-nama serial mereka seperti
Stranger Things, Orange is the New Black, Black Mirror dan
Designated Survivor, jelas lebih dikenal publik dibanding film mereka sendiri. Bahkan seperti dikutip dari laman Variety.com, para pelanggan Netflix cenderung menghabiskan waktu mereka untuk menyaksikan serial original Netflix dan film-film box office Hollywood, dibandingkan menyaksikan film-film garapan rumah produksi Netflix.
Akuisisi film Hollywood seperti
Mowgli ini bukanlah yang pertama bagi Netflix. Sebelumnya, Netflix juga berhasil mengakuisisi film
Cloverfield Paradox yang sebelumnya berjudul
God Particle untuk ditayangkan di bioskop. Film yang merupakan prekuel dari semesta film
Cloverfield tersebut, bahkan diberikan slot iklan khusus pada saat event Super Bowl untuk kemudian langsung tersedia di Netflix dan bisa ditonton tepat setelah pertandingan Super Bowl usai.
Dengan adanya Mowgli di Netflix, jelas Netflix ingin agar pelanggannya bahkan calon pelanggan baru semakin sadar bahwa Netflix juga fokus dalam pengembangan film-film originalnya di masa depan. Netflix ingin memberikan gebrakan bagi Hollywood bahwa layanan streaming ini telah tumbuh menjadi rumah produksi yang patut diperhitungkan di masa depan.
Mowgli Mengalah dari Jungle Book ?
Hak cipta yang berupa
public domain, memungkinkan cerita
Jungle Book versi buku diadaptasi dan dikembangkan sesuka hati oleh siapapun. Itulah sebabnya,
Jungle Book dan
Mowgli bisa diproduksi dan dirilis dalam waktu yang hampir berdekatan oleh dua rumah produksi berbeda.
Meskipun film Jungle Book dirilis terlebih dahulu, sebenarnya proyek film Mowgli ini sudah dikerjakan sejak tahun 2012. Hanya saja bongkar pasang di kursi sutradara menyebabkan proyek film ini molor dari jadwal awalnya. Hingga akhirnya film ini sejatinya akan dirilis akhir tahun 2016, tahun yang sama dengan film Jungle Book nya Disney. Dikarenakan hampir sama,maka Warner Bros pun "mengalah" dan memundurkan jadwal tayangnya hingga akhir tahun 2018, sebelum akhirnya diakuisisi Netflix dan kembali molor hingga tahun 2019 nanti.
Sang sutradara, Andy Serkis tahu bahwa film ini memiliki potensi untuk bisa diterima dan diakui publik, hanya saja jika memaksakan untuk tayang di bioskop film ini bisa kehilangan nilainya sendiri. Penonton awam tidak akan mau menonton film yang mereka anggap sebagai
reboot dari
Jungle Book versi Disney yang mereka tonton dua tahun lalu, meskipun kenyataannya film ini bukanlah film
reboot melainkan film yang benar-benar baru.Â
Untuk itulah, "mengalahnya" Warner Bros untuk menjual properti mereka ke Netflix bisa dibilang cukup tepat. Mowgli tetap akan bisa jadi dirinya sendiri tanpa takut dibandingkan bahkan ditolak para fans Disney garis keras. Selain itu, Mowgli pun tetap akan bisa bersaing di kancah Oscar. Karena meski ditayangkan di media streaming, sejatinya film ini tetap ditayangkan di bioskop secara terbatas di 15 negara Amerika Utara. Jumlah minimal untuk film bisa dipertandingkan merebut piala Oscar.
Kesimpulan
Lihat Film Selengkapnya