Baru saja dua tahun yang lalu kita disuguhi film Jungle Boook-nya Disney yang disutradarai Jon Favreau dalam bentuk live action, kita akan kembali disuguhi film yang sama namun dengan tone film yang sedikit berbeda, lebih gelap dan dewasa. Ya, film Mowgli yang sejatinya akan dirilis Warner Bros di akhir tahun ini, justru akan mundur penayangannya menjadi tahun depan.
 Mundurnya jadwal tayang film yang disadur dari buku berjudul The Jungle Book karangan Rudyard Kipling ini bukanlah terkait masalah produksi. Mundurnya film ini dikarenakan akuisisi Netflix untuk pendistribusian film ini secara internasional. Netflix pun akhirnya yang membuat keputusan untuk memundurkan jadwal tayang film ini.
Akuisisi Netflix untuk film ini sebenarnya cukup mengejutkan. Selain perpindahan cara tayang dari yang sebelumnya rilis di bioskop menjadi hanya rilis melalui layanan streaming video on demand, hal lainnya yang membuat keputusan ini nampak mengejutkan tak lain karena film ini dipenuhi oleh deretan aktor dan aktris kelas A yang mengisi suara berbagai karakter ikonik film tersebut.Â
Sebut saja ada nama Christian Bale, Cate Blanchett, Naomie Harris hingga Benedict Cumberbatch. Deretan aktor dan aktris yang sejatinya sangat potensial untuk "melawan" Jungle Book versi Disney di layar lebar. Sebenarnya keputusan ini sangat disayangkan, namun tentu Warner Bros punya alasan lain dibalik penjualan film ini ke tangan Netflix.
Menghindari Dua Film yang Memiliki Tema Sama
"I'm really excited about Netflix for Mowgli, Now, we avoid comparisons to the other movie and it's a relief not to have the pressure."
Dari penjelasan yang disampaikan Andy Serkis, jelas keputusan Warner Bros menjual film ini ke Netflix adalah untuk menghindari adanya penonton yang membandingkan film ini dengan versi Disney. Apalagi, film versi Disney tersebut terhitung masih baru jadwal tayangnya, baru dua tahun yang lalu.Â
"What excites me most is the forward thinking at Netflix in how to present this, and the message of the movie. They understand this is a darker telling that doesn't fit it into a four quadrant slot. It's really not meant for young kids, though I think it's possible that 10 or above can watch it. It was always meant to be PG-13, and this allows us to go deeper, with darker themes, to be scary and frightening in moments. The violence between animals is not gratuitous, but it's definitely there. This way of going allows us to get the film out without compromise."
Gebrakan Netflix di Industri Film Hollywood
Dengan adanya Mowgli di Netflix, jelas Netflix ingin agar pelanggannya bahkan calon pelanggan baru semakin sadar bahwa Netflix juga fokus dalam pengembangan film-film originalnya di masa depan. Netflix ingin memberikan gebrakan bagi Hollywood bahwa layanan streaming ini telah tumbuh menjadi rumah produksi yang patut diperhitungkan di masa depan.
Mowgli Mengalah dari Jungle Book ?
Meskipun film Jungle Book dirilis terlebih dahulu, sebenarnya proyek film Mowgli ini sudah dikerjakan sejak tahun 2012. Hanya saja bongkar pasang di kursi sutradara menyebabkan proyek film ini molor dari jadwal awalnya. Hingga akhirnya film ini sejatinya akan dirilis akhir tahun 2016, tahun yang sama dengan film Jungle Book nya Disney. Dikarenakan hampir sama,maka Warner Bros pun "mengalah" dan memundurkan jadwal tayangnya hingga akhir tahun 2018, sebelum akhirnya diakuisisi Netflix dan kembali molor hingga tahun 2019 nanti.
Untuk itulah, "mengalahnya" Warner Bros untuk menjual properti mereka ke Netflix bisa dibilang cukup tepat. Mowgli tetap akan bisa jadi dirinya sendiri tanpa takut dibandingkan bahkan ditolak para fans Disney garis keras. Selain itu, Mowgli pun tetap akan bisa bersaing di kancah Oscar. Karena meski ditayangkan di media streaming, sejatinya film ini tetap ditayangkan di bioskop secara terbatas di 15 negara Amerika Utara. Jumlah minimal untuk film bisa dipertandingkan merebut piala Oscar.
Kesimpulan
Terlepas dari keputusan kontroversial Warner Bros melepas salah satu properti terbaiknya ke tangan Netflix, sejatinya apa yang ingin dilakukan Netflix cukup jelas. Netflix ingin mengirim sinyal untuk industri film Hollywood dan juga industri bioskop, bahwa mereka memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan industri film mainstream. Apalagi, ini seakan menjadi "serangan balik" positif dari Netflix setelah sebelumnya "dikucilkan" dari piala Oscar. Ya, film-film Netflix dilarang untuk dipertandingkan di Oscar karena alasan-alasan yang sejatinya cukup klise.
Untuk itulah Mowgli yang merupakan film besar kedua yang diakuisisi Netflix setelah Cloverfield Paradox, jelas menjadi alat bagi Netflix untuk berbicara lebih di kancah industri film Hollywood dan dunia. Bukan tidak mungkin, apabila Mowgli sukses ditonton banyak orang dan mendapat kritik positif, akan lebih banyak film dari studio besar Hollywood yang pindah asuhan ke tangan Netflix.Â
Apalagi untuk film-film yang memiliki tema dewasa dan khusus, keputusan untuk menayangkan via Netflix jelas akan menjadi pilihan mengingat target konsumen akan lebih mudah dituju. Jika sudah seperti ini, maka industri film dan bioskop Hollywood bahkan dunia harus memiliki strategi baru agar tetap bisa bertahan menghadapi kekuatan tersembunyi Netflix. Kekuatan dan pesan yang saat ini mulai ditunjukkan pada dunia melalui film Mowgli.
Salam Kompasiana !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H