Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Kembalinya Teror Cermin Berhantu dalam Film "Kuntilanak"

14 Juni 2018   22:59 Diperbarui: 15 Juni 2018   19:55 5554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Petualangan di rumah tua yang mereka pikir akan membawa keseruan, justru menjadi malapetaka saat Kuntilanak yang ada di rumah tersebut mencoba masuk ke dunia manusia melalui cermin keramat di kediaman mereka.

Poin Positif

brilio.net
brilio.net
Hal tersulit dari proses reboot atau remake sebuah film yang di masa lalu menuai kesuksesan tentu saja ada dalam hal pembuatan ulang cerita. Dalam hal ini, film Kuntilanak cukup bisa mengakomodir kebutuhan utama dari sebuah film reboot. 

Mengambil unsur-unsur utama dalam trilogi originalnya seperti lagu Lingsir Wengi, cermin keramat dan tokoh utama yang memiliki wangsit untuk berkomunikasi dengan Kuntilanak, pada akhirnya film ini mampu menampilkan cerita yang baru dan segar tanpa meninggalkan tiga unsur utama tersebut.

Pujian patut dilayangkan untuk Rizal Mantovani yang berani merubah tokoh utamanya dari seorang gadis muda nan cantik menjadi deretan anak-anak. Dan meskipun diperankan oleh anak-anak, kehadiran mereka sama sekali tidak mengurangi atmosfir seram yang coba dibangun di sepanjang film.

kuntilanak-3-5b2291aacf01b455fa4cb673.jpg
kuntilanak-3-5b2291aacf01b455fa4cb673.jpg
Jumpscare merupakan elemen paling penting dari sebuah film horor. Pada film ini pun, jumpscare mampu diakomodir dengan baik dan tidak terduga di beberapa adegannya. Kemunculan hantu tidak terlalu sering, pun jika muncul wujudnya tidak langsung ditampakkan secara terang-terangan. Jelas disini Rizal Mantovani memang lebih concern terhadap atmosfir horor yang ingin disajikan.

Setting tempat dan juga pengambilan gambar cukup bisa disajikan dengan baik. Setting tempat seperti rumah tua, hutan dan juga rumah pribadi yang tampak angker, mampu ditampilkan dengan baik dan meyakinkan. Teknik pengambilan gambar jarak dekat yang sering ditampilkan di sepanjang film ini pun mampu menambah rasa penasaran dan deg-degan penonton.

Poin Negatif

Pada dasarnya film ini tidak terlalu solid di beberapa aspeknya. Banyaknya plot hole, dialog tidak penting dan perpindahan antar scene yang tidak terlalu rapi menyebabkan kebingungan bagi penonton di beberapa adegannya.

brilio.net
brilio.net
Scoring yang muncul di sepanjang film sebenarnya cukup mencekam, namun di beberapa adegan justru tampak seperti scoring yang biasa muncul pada sinetron ataupun film horor sekelas FTV. Khususnya pada adegan yang mengandung unsur komedi, scoring nya nampak itu-itu saja dan bisa dibilang cukup membosankan.

Desain Kuntilanak di film ini pun bisa dibilang justru mengalami "kemunduran". Berbeda dengan Kuntilanak pada trilogi awalnya, penggambaran sosok kuntilanak di film ini justru kembali mengadopsi hantu wanita Asia yang sudah sering kita lihat di berbagai film. Masih menyeramkan dan khas Kuntilanak memang, hanya saja cukup membosankan jika desain hantu yang digunakan itu-itu saja dan tidak ada gebrakan seperti film Kuntilanak tahun 2006 silam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun