Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menikmati Visual "Pengabdi Setan" Hasil Restorasi dalam Gelaran Vintage Film Festival

31 Maret 2018   08:01 Diperbarui: 1 April 2018   16:20 3707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan akhirnya saya pun baru tahu, bahwa adegan ketika Tomi mengikuti hantu "ibu" tersebut berakhir di sebuah pohon besar dimana "ibu" kemudian melayang-layang disitu. Adegan ini ternyata dibuat sangat sederhana dan menegaskan bahwa memang adegan-adegan di film ini mengedepankan suasana yang creepy dibanding suasana yang menegangkan layaknya film-film horor masa kini. 

Siapa yang tidak teringat adegan "ibu" yang mendatangi Tomi secara perlahan dari balik jendela, kemudian hanya memanggil perlahan? Dan hal-hal inilah yang akhirnya bisa diakomodir dengan baik dari hasil restorasi film ini.

beritagar.id
beritagar.id
Tampilan make up dari deretan hantu pada film ini juga bisa ditampikan dengan baik. Detail dan warnanya sangat jelas. Meskipun make uptersebut sangat konyol apabila dibandingkan dengan film-film produksi sekarang, nyatanya pada masa itu hal tersebut sangat berhasil menakut-nakuti penonton.

Jangan lupakan juga adegan Darminah membangkitkan ibu dari dalam kubur. Bagaimana ibu kemudian muncul dari dalam kubur dan langsung melayang di atas kuburannya sendiri mampu ditampilkan dengan detail yang memukau. Sudah pasti hal tersebut menambah kesan creepy film ini.

Meskipun saya tidak mengetahui dengan pasti resolusi apa yang digunakan pada restorasi film ini, entah HD,2K atau 4k, namun untuk tampilan visual ini saya memberikan nilai 9 dari 10.

Tata Suara/Sound

Tata suara yang ditampilkan pada film ini pun cukup baik. Deretan musik latar atau backsound yang sangat menyeramkan mampu memanjakan telinga para penonton yang ingin bernostalgia. Detail backsound yang berasal dari dentingan piano ataupun synthesizer yang marak digunakan di tahun 80-an itu pun mampu diakomodir dengan baik di film ini. 

Sayangnya, entah memang kurang maksimal dalam proses detailing sound-nya atau kurang baiknya kualitas sound dari studio CGV Cinemas itu sendiri, hasilnya tampak kurang maksimal. Terkesan ada yang kurang atau "garing" dan hanya sekedar menghasilkan output yang keras saja. Padahal saya sangat yakin, kualitas sound-nya masih mampu diproses lebih maksimal.

Suara sesak napas dari karakter Pak Karto yang ditampilkan I.M Damsyik pun mampu ditampilkan sangat jelas. Menambah kesan creepy yang luar biasa terlebih ketika beliau sudah berubah menjadi mayat hidup.

Untuk detail percakapannya pun mampu dihadirkan dengan sangat baik. Jadi, tidak ada lagi percakapan yang terlewat karena kurang jelas.

Untuk soundnya, saya memberikan nilai 7 dari 10

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun