Hanya saja jika melihat pendapatan film-film stop motionsetelah Chicken Run,rasanya rumah produksi pun harus benar-benar percaya diri dan memiliki perhitungan yang matang dalam menelurkan kembali film berjenis ini untuk saat ini jika tidak ingin rugi.Â
Namun dengan berbekal rating yang cukup tinggi pada situs Rotten Tomatoesyaitu 81% dan berhak mendapatkan label Certified Fresh,rasanya rumah produksi saat ini cukup percaya diri untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari film ini. Pendapatan sebesar 36 Juta Dollar AS dalam 18 hari penayangannya di seluruh dunia pun seharusnya menjadi penanda hal yang positif.Â
Dengan total budget sebesar 50 Juta Dollar AS, rasanya untuk "balik modal" pun bisa terlampaui mengingat banyak negara di kawasan Asia yang baru saja memulai jadwal tayangnya. Well, we'll see.
Sebuah Kritik Tentang Sepakbola Modern
 Apa yang ingin disampaikan dalam film ini sejujurnya sangatlah kaya. Bukan hanya sebuah kritik sosial tentang si kaya dan si miskin dalam bentuk penindasan masyarakat zaman perunggu kepada masyarakat zaman batu, lebih dari itu film ini ingin menyampaikan sebuah kritik dalam sebuah olahraga paling terkenal sejagat raya yaitu sepakbola.
Seperti kita tahu bahwa saat ini kapitalisme erat kaitannya dengan sepakbola modern. Tim yang kaya semakin kaya dan tim yang miskin semakin miskin.Â
Kekayaan yang dimiliki klub-klub sepakbola pun menghancurkan esensi dari sepakbola itu sendiri. Saat ini faktor kebintangan yang dimiliki sebuah klub melebihi faktor-faktor penting dalam sepakbola itu sendiri seperti prestasi dan gaya bermain tim. Klub yang memiliki bintang sepakbola berlimpah sudah pasti akan lebih menarik banyak investor untuk menanamkan modalnya di klub tersebut.Â
Bayangkan saja, berapa potensi iklan yang dilihat oleh jutaan pasang mata diseluruh dunia ketika ada seorang pemain bintang yang berlaga di sebuah pertandingan klub elit? atau berapa juta jerseyklub yang bisa terjual dengan nama si pemain bintang di belakangnya? Terlihat menggiurkan untuk investor dan klub itu sendiri. Kontrak pemain pun banyak yang tercipta dengan nilai yang tidak wajar bahkan beberapa melebihi GDPsebuah negara kecil. Jelas keuntungan finansial jauh lebih penting dari sebuah prestasi.
Kritikan ini sangat jelas ketika karakter Goona dari tim zaman batu menyemangati tim nya untuk tidak takut. Kira-kira seperti ini kata-katanya, "Tidak perlu takut, mereka bukanlah pemain sepakbola, mereka hanyalah 11 orang yang menganggap diri mereka masing-masing seorang bintang". Jelas, kritikan yang sangat pedas bukan?
 Selain itu penggambaran Lord Nooth dan Queen Oofeefa pun bagaikan para pengusaha kaya pemilik klub sepakbola dan Fifa itu sendiri. Lord Nooth digambarkan sebagai orang yang hanya memikirkan keuntungan dari setiap pertandingan sepakbola, sementara sang ratu menginginkan pertandingan yang fair dan menghibur bagi banyak orang layaknya esensi dan sejarah sepakbola itu sendiri.Â