Untuk hal ini, patut diacungi jempol. Nuansa yang dibangun di film ini cukup creepydan dibangun sangat baik. Kondisi rumah yang kelam, dingin, besar dan memiliki banyak ruang kosong berhasil dieksplorasi dengan baik oleh sutradara. Bahkan kehadiran karakter seperti Darminah cukup membuat nuansa semakin aneh dan tidak nyaman.Â
Scoring yang dihasilkan pun cukup baik dan membuat bulu kuduk merinding. Bahkan kehadiran sosok ibu adalah scene yang sampai saat ini masih saya ingat. Sederhana namun menyeramkan. Apalagi dulu saya sempat sering menonton film ini di masa kecil, dimana dekade 90-an film-film Indonesia klasik sering ditayangkan di siang hari atau ketika jam pulang sekolah. Dan tentunya dimasa itu scene ini cukup membuat saya tidak mau tidur sendirian untuk waktu yang lama.
3. Aktor/Aktris
Kehadiran aktor dan aktris di film ini merupakan salah satu yang terbaik dan tidak main-main. Sebut saja W.D Mochtar yang sempat mencicipi predikat aktor terbaik pada film Sanrego, H.I.M Damsyik yang merupakan aktor senior namun namanya baru mulai benar-benar dikenal ketika memerankan Datuk Maringgih dan tentu saja karakter berkharisma milik Ruth Pelupessy yang penampilannya sama seramnya dengan karakter milik almarhumah Suzanna.Â
Overall,kehadiran aktor dan aktris berkualitas di film ini sangat mendongkrak kepopuleran film ini, terlebih mereka juga berakting dengan sangat baik. Jangan lupakan juga penampilan H.I.M Damsyik yang sangat sukses menjadi mayat hidup di film ini. Penampilannya yang sudah berumur, dingin dan pendiam sangat mendukung perannya sebagai mayat hidup di sini.
4. Pesan
Jelas, dengan 2 kalimat pembuka tulisan ini yang saya sadur dari kalimat di salah satu scene film ini, semakin menjelaskan bahwa film ini ingin menyampaikan pesan soal pentingnya pengertian dan pengamalan ajaran suatu agama dan dalam hal ini adalah Islam, dalam menghadapi segala bentuk teror dan gangguan dari setan. Terlebih ketika dengan kehadiran sang kyai/ulama berhasil mengalahkan si iblis dan memulihkan keimanan keluarga tersebut.
Film ini juga ingin menyampaikan pesan juga kepada setiap orang yang hanya memakai kedok agama dalam menjalankan segala hal, namun sebenarnya yang dia lakukan sangat jauh dari ajaran agama itu sendiri. Sebuah pesan yang sebenarnya juga relevan untuk saat ini.
Menarik untuk menyaksikan film reboot ini, terlebih dengan 3 poin diatas yang sudah jelas bisa dilihat melalui trailer-nya dan sepertinya akan membawa hype yang sama seperti rilis awal film originalnya dulu. Hanya poin nomor 4 yaitu pesan, yang saya belum tahu akan disampaikan seperti apa oleh Joko Anwar. Apakah akan tetap dengan pesan agama nya seperti film originalnya? Ataupun ada pesan yang lebih universal yang akan coba disampaikan oleh Joko Anwar? Tentunya hal ini akan terjawab ketika sudah menonton filmnya nanti.
Namun dengan deretan aktris Indonesia terbaik saat ini yang masuk ke dalam deretan cast reboot film ini, juga teknologi yang jauh lebih baik seharusnya unsur seram dan creepy dari film ini tidak akan hilang bahkan bisa jauh lebih baik dan dikembangkan. Bahkan plot hole yang di film pertamanya sangat banyak, semoga tidak terulang di film ini.
Saya sarankan untuk coba menonton kembali film originalnya sebelum atau sesudah teman-teman kompasiana menonton film rebootnya ini. Kembali bernostalgia dengan film horror Indonesia klasik, dengan visualisasi khas horror klasik yang cukup membuat bulu kuduk merinding. Dengan kesederhanaan sinematografidan teknologinya berhasil menciptakan nuansa horror yang khas yang tidak bisa diulang dengan teknologi yang ada saat ini.