Pernahkah bertanya-tanya apa sebenarnya perbedaan definisi UMKM, UKM?dan pernahkah mendengar istilah Ultra Mikro?
Â
Seorang bapak penjual bakso, penjaja makanan basah, penjaja gorengan, petani, peternak, bahkan produsen seperti produsen tahu-tempe hingga pengepul rongsokan paling tidak, mendapatkan keuntungan dari penjualannya hanya 10%-15% saja. Bisa dibayangkan bila mereka menjual habis dagangannya sebesar Rp 300.000 maka keuntungannya dibawa pulang hanya sebesar Rp30.000 hingga Rp45.000.
Namun krisis karena wabah Covid-19 berbeda dengan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998. Produksi pengusaha mikro pada krisis wabah Covid-19 ini menurun drastis karena pemasaran yang terbatas akibat kebijakan PPKM, sehingga beberapa pelaku usaha memiliki keterbatasan berjualan langsung (direct selling), yang mengakibatkan persiapan penjualannya semakin panjang, dimana awalnya hanya membutuhkan tiga jam untuk berjualan, justru ketika pandemi penjual harus menunggu sampai malam hari agar dagangannya laku.Â
Mereka pengusaha kecil tersebut termasuk kategori Ultra Mikro(UMi), yakni para pengusaha yang menyentuh lapisan terbawah. Bila perbankan memiliki kapasitas pinjaman minimal diatas 15 juta, maka pengusaha-pengusaha Ultra Mikro yang telah disebutkan tadi hanya membutuhkan dana pembiayaan maksimal 10 juta untuk menghidupkan usahanya tetap eksis.Â
Pembiayaan Ultra Mikro atau disingkat menjadi UMi adalah sebuah program bantuan sosial lanjutan dengan menyasar usaha mikro pada lapisan terbawah yang belum bisa diberikan fasilitas perbankan melalui program KUR (Kredit Usaha Rakyat)
Pusat Investasi Pemerintah Ultra MikroÂ
Pemerintah dalam keterangan web Pusat Investasi Pemerintah menunjuk Badan Layanan Umum (BLU) Pusat Investasi Pemerintah (PIP) sebagai coordinated fund koordinator pembiayaan UMi. Pembiayaan UMi disalurkan melalui Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Â
Saat ini lembaga yang menyalurkan pembiayaan UMi antara lain: PT Pegadaian (Persero), PT Bahana Artha Ventura, serta PT Permodalan Nasional Madani (Persero). Pembiayaan dilakukan bisa melalui skema individu maupun kelompok sesuai dengan produk yang dimiliki oleh masing-masing Lembaga Keuangan Bukan Bank yang menjadi Penyalur Pembiayaan UMi.
Misal untuk Permodalan Nasional Madani(PNM), produknya Mekaar UMi merupakan pembiayaan skema kelompok kepada kelompok ibu-ibu dan tidak memerlukan agunan karena sifatnya tanggung renteng antar anggota kelompok.Â
Menurut bapak Ary Dekky Hananto, Kepala Divisi Penyalur Pembiayaan I-PIP dalam wawancara, menyebutkan, "Untuk cicilan skema kelompok biasanya tiap minggu atau tiap dua minggu dan dikumpulkan setiap pertemuan kelompok. Sedangkan misalnya di pegadaian dan sebagian besar koperasi lainnya menyalurkan melalui skema individu. Untuk itu calon debitur bisa disyaratkan agunan disesuaikan dengan kondisi usahanya.Â
Untuk cicilan biasanya setiap bulan atau bisa juga langsung dibayar saat panen untuk jenis pembiayaan pertanian,"menjelaskan rinci.Â
Berbagai keuntungan Pembiayaan Ultra Mikro adalah,Â
- Syarat pembiayaan yang lebih mudah dibanding perbankan
- Cicilan yang jauh lebih rendah dari pinjaman rentenir (biasanya pelaku usaha ultra mikro belum bisa mengakses perbankan dan akhirnya terpaksa meminjam ke rentenir)
- Keuntungan lainnya mendapatkan pendampingan dan pelatihan
Perbedaan Pembiayaan Ultra Mikro dengan Perbankan
Pembiayaan UMi ditujukan untuk pelaku usaha yang masih belum bisa mengakses pembiayaan perbankan sehingga dari sisi persyaratan lebih mudah dan tidak disyaratkan harus memiliki rekening perbankan.Â
Pada umumnya sifat Pembiayaan UMi adalah jemput bola dimana memberikan kemudahan bagi pelaku usaha yang size usahanya masih kecil dan belum terbiasa dengan layanan perbankan. Misalnya untuk cicilan di collect oleh petugas koperasi.
Selain itu pembiayaan UMi dilengkapi dengan pendampingan yang disebut "penyalur". Selain untuk meningkatkan disiplin dalam pembayaran cicilan, pendampingan diberikan untuk membantu debitur dalam meningkatkan kemajuan usahanya.Â
Selain dari pendampingan yang diberikan penyalur, PIP juga menambahkan dengan pelatihan-pelatihan bekerjasama dengan berbagai pihak misalnya pelatihan pemasaran online, fasilitasi lelang on-line, inkubasi usaha, dan lain-lain yang memberikan empower pada usahanya agar tetap eksis.Â
Kendal Kota Bandeng di Pesisir Utara JawaÂ
Bila mendengar kata bandeng, yang terbayangkan adalah bandeng khas kota Semarang, seperti merek Juwana. Namun ternyata penghasil bandeng terbesar di pesisir Utara Jawa salah satunya adalah Kendal.Â
Bandeng-bandeng Kendal berasal dari tambak para peternak ikan. Ikan Bandeng Kendal bertekstur empuk, tidak bau tanah dan berdaging manis. Pemerintah kota Kendal juga bertekad supaya bandeng dijadikan sebagai ikon kota Kendal kedepan.Â
Bandeng Bram Gerakkan Perekonomian Desa Bermitra UMi
Berkilogram bandeng menumpuk di keranjang. Beberapa srikandi sibuk di dapur membersihkan kulit sisik ikan, bertarung dengan pisau dan ketangkasan. Ibu Eni Saptoyuni adalah "komposer" kegiatan di dapur itu. Ia mengawasi satu persatu aktivitas di dapur Bandeng Bram, merek dagang bandeng khas Kendal yang ia bidani sejak tahun 1996. Bunda Eni adalah salah satu mitra Ultra Mikro yang berhasil mempopulerkan produknya dengan memberdayakan srikandi-srikandi di desanya.Â
Menurut bunda Eni sekitar tahun 1990-an bandeng presto termasuk olahan yang mewah dan mahal di Kendal. Bahan mentah bandeng juga sulit didapatkan karena wilayahnya pedesaan.Â
Modal awal bunda Eni adalah Rp20.000. "Waktu itu bahan mentah masih murah. Seharga 1000 per ekor karena bandeng nya kecil satu kilo bisa isi delapan,"bunda Eny menjelaskan. Awal usahanya adalah membeli bandeng presto di pasar sejumlah sepuluh ekor lalu di olah goreng dan di titipkan ke warung-warung.
Setelah penjualan bandeng prestonya meningkat permintaannya, barulah bunda Eni memberanikan diri mencoba untuk mengolah bandeng presto sendiri. Bunda Eni melihat bahwa ini adalah peluang untuk memproduksi olahan bandeng selain dapat menopang perekonomian banyak pihak, beliau ingin Kendal juga dikenal dengan bandeng terbaiknya.
Bunda Eni mengaku mendapat pembiayaan dari TAMZIS Bina Utama penyalur UMi sebesar Rp5000.000 yang dipergunakan untuk modal perbaikan packaging seperti dus packing bandeng, dan tas oleh-oleh sebanyak seribu paket.Â
"Pekerja harian yang membantu saya sekitar empat orang, dan bila permintaan ramai kami membutuhkan sekitar sepuluh orang," bunda Eni dengan ramah menjelaskan.Â
Pekerja-pekerja yang membantu suksesnya bunda Eni berasal dari kerabat dan tetangga. Hingga kini, mereka telah ahli menangani berkilogram bandeng dalam sehari.Â
Penyalur Ultra Mikro Setia Lakukan PendampinganÂ
Ketika ditanya mengenai bagaimana Pendampingan Ultra Mikro, bunda Eni menyatakan "Pendampingan penyalur ini baik sekali. Malah kami sudah seperti keluarga. Karena setiap hari saya bertemu untuk menabung dan angsuran dipotong ke tabungan satu minggu hanya dua kali,"dengan gembira beliau menjelaskan.Â
Selama dua kali bunda Eni diundang untuk mewakili UKM Kabupaten Kendal untuk mengikuti pameran, di Bandung dan di Pendopo Kendal. Selama pendampingan banyak pengetahuan, relasi dan ilmu marketing yang bisa bunda Eni serap. Seperti pembuatan lapak di marketplace, pengetahuan media sosial termasuk manajemen keuangan.Â
"Kalau pasar saya masih kewalahan di pasar lokal. Tapi pesanan luar kota dapat dikirim lewat ekspedisi atau bahkan yang beli langsung datang dan mampir kerumah atau sebagai oleh-oleh ke luar negeri juga ada, seperti pembeli dari Makassar" terangnya.
Menurutnya kendala produknya adalah Bandeng vakum hanya bisa bertahan tiga hari karena tidak menggunakan pengawet, kalau dikirim ke luar kota harus pakai kilat khusus. Belum ada ekspedisi yang bisa membawa satu hari sampai di Kendal.Â
Untuk lebih mengembangkan usahanya, bunda Eni juga sudah membuat lapak di marketplace. Pembuatan marketplace itu didampingi dan diarahkan oleh pendampingan dari PIP UMi di marketplace Tokopedia.Â
Ketangkasan bunda Eni dalam meracik dikarenakan beliau pernah mengenyam pendidikan program studi tata boga di sebuah akademi di Yogyakarta. Keilmuan itu mengakibatkan ia terus berinovasi menciptakan produk lokal mengangkat nama harum kota Kendal. Canggihnya teknologi memasak saat ini menyebabkan kemudahan pengolahannya.Â
Adapun produk bunda Eni adalah pepes bandeng, otak-otak bandeng, dendeng bandeng, bandeng presto. Untuk terus berinovasi bunda Eni mengaku harus terus membuka diri dan menjalin relasi. Termasuk ketika wabah pandemi pada awal 2019, mengharuskan bunda Eni melakukan transformasi.
Bunda Eni merasa dirinya kurang dalam teknologi IT, namun demikian walau menginjak usia ke 52 tahun pada 2022 ini beliau tetap berjuang untuk dapat menyesuaikan dengan perkembangan pasar. Contohnya belajar teknologi di dampingi penyalur UMi dan dengan anak-anak beliau.Â
Merek dagang Bandeng Bram didedikasikan untuk anak pertama bunda Eni yang bernama Bramasta. Sedangkan anak perempuannya tergambar dalam poster dengan putri bermahkota itu adalah putri bungsunya dengan kemasan Bram ditangan sebagai iklan.Â
Untuk pemasaran bunda Eni turun langsung sedangkan untuk berbelanja bahan, ditemani oleh sang suami. Sedangkan memasak, beberapa proses diserahkan oleh pekerja langsung karena sudah memahami komposisinya.Â
Bunda Eni juga menceritakan bahwa dengan media sosial dan terbuka dengan teknologi akan memudahkan pelanggan untuk mencari tahu. Salah satu contohnya pelanggan luar kota pernah membeli produknya karena terdapat beberapa foto Bandeng Bram bersama ibu Menteri Sri Mulyani pada pameran UMi yang ia ikuti di Bandung pada 17 Desember 2021. Menurut pelanggan tersebut foto dan desain di instagramnya berhasil menyakinkannya untuk datang dan membeli.Â
Menjalin relasi dan koneksi akan terus dilakukan bunda Eni. Mengingat dengan menjalin relasi, keberkahan akan timbul. Ia juga meyakini dengan keterbukaan, dan membagi ilmu dengan hati yang lapang, berkah itu selalu ada. Bunda Eni juga menjaga pengawasan setiap detail barang dikirim.Â
Bunda Eni menegaskan bahwa mendengarkan pelanggan juga hal penting, ini terlihat dari jarangnya komplain dari pelanggan, karena sebelum pengiriman bunda Eni memastikan mutu, kualitas, besar-kecilnya produk supaya sesuai dengan pesanan pelanggan.Â
Harapan bunda Eni kedepan adalah sama seperti pengusaha lain, ingin produknya lebih dikenal dan laris. Kalaupun produknya sejenis hendaknya tetap saling melengkapi dan saling mendukung.Â
Bapak Ary Dekky Hananto menambahkan target Pembiayaan Ultra Mikro tahun ini adalah meningkatkan jangkauan penyaluran dan semakin banyak pelaku usaha yang bisa terlayani dimana ditargetkan jumlah debitur di tahun 2022 adalah sebanyak dua juta debitur.Â
Target tersebut diharapkan dapat dicapai melalui penyalur yang sudah ada serta dengan menambah penyalur-penyalur baru. Selain itu Pusat Investasi Pemerintah juga terus meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk lebih meningkatkan efektivitas dari pelatihan-pelatihan yang diberikan.
Bunda Eni bersyukur, mimpinya satu persatu telah terwujud bersama pembiayaan Ultra Mikro, kedepan masih banyak tugas di pundaknya yang harus ia capai bersama srikandi-srikandi lain di Indonesia, saling menopang, saling menyempurnakan dan bangkit bersama.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H