Bandeng-bandeng Kendal berasal dari tambak para peternak ikan. Ikan Bandeng Kendal bertekstur empuk, tidak bau tanah dan berdaging manis. Pemerintah kota Kendal juga bertekad supaya bandeng dijadikan sebagai ikon kota Kendal kedepan.Â
Bandeng Bram Gerakkan Perekonomian Desa Bermitra UMi
Berkilogram bandeng menumpuk di keranjang. Beberapa srikandi sibuk di dapur membersihkan kulit sisik ikan, bertarung dengan pisau dan ketangkasan. Ibu Eni Saptoyuni adalah "komposer" kegiatan di dapur itu. Ia mengawasi satu persatu aktivitas di dapur Bandeng Bram, merek dagang bandeng khas Kendal yang ia bidani sejak tahun 1996. Bunda Eni adalah salah satu mitra Ultra Mikro yang berhasil mempopulerkan produknya dengan memberdayakan srikandi-srikandi di desanya.Â
Menurut bunda Eni sekitar tahun 1990-an bandeng presto termasuk olahan yang mewah dan mahal di Kendal. Bahan mentah bandeng juga sulit didapatkan karena wilayahnya pedesaan.Â
Modal awal bunda Eni adalah Rp20.000. "Waktu itu bahan mentah masih murah. Seharga 1000 per ekor karena bandeng nya kecil satu kilo bisa isi delapan,"bunda Eny menjelaskan. Awal usahanya adalah membeli bandeng presto di pasar sejumlah sepuluh ekor lalu di olah goreng dan di titipkan ke warung-warung.
Setelah penjualan bandeng prestonya meningkat permintaannya, barulah bunda Eni memberanikan diri mencoba untuk mengolah bandeng presto sendiri. Bunda Eni melihat bahwa ini adalah peluang untuk memproduksi olahan bandeng selain dapat menopang perekonomian banyak pihak, beliau ingin Kendal juga dikenal dengan bandeng terbaiknya.
Bunda Eni mengaku mendapat pembiayaan dari TAMZIS Bina Utama penyalur UMi sebesar Rp5000.000 yang dipergunakan untuk modal perbaikan packaging seperti dus packing bandeng, dan tas oleh-oleh sebanyak seribu paket.Â