Mohon tunggu...
YONA AFRIANI
YONA AFRIANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Andalas

Memiliki ketertarikan terhadap topik seputar kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Dapatkah Zooplankton Hidup di Gua yang Minim Cahaya? Bagaimana Adaptasinya?

23 Desember 2022   07:00 Diperbarui: 23 Desember 2022   07:06 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pencemaran lingkungan perairan dapat ditinjau dari tingkat kekeruhan (turbiditas), intensitas cahaya, suhu, dan pH. Kekeruhan dapat dikatakan sebagai suatu ukuran biasan cahaya dalam air akibat adanya partikel koloid dan suspensi yang terkandung di dalam air. 

Tingkat kekeruhan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan biota perairan sehingga dapat berpotensi menyebabkan kematian karena mengganggu osmoregulasi seperti pernafasan pada zooplankton.

Berdasarkan penelitian Abdullah dan Perkasa (2010), menyatakan bahwa turbiditas pada Gua Anjani yang berada di Purworejo tergolong jernih. Pengumpulan spesimen diambil dari tiga titik. Zona terkeruh pada gua berada di zona ke 3 yaitu zona gelap total.

Hal ini dikarenakan banyaknya kelelawar yang menghuni daerah ini. Kelelawar yang terus menerus menghasilkan guano (kotoran) menyebabkan lingkungan perairan di zona ini menjadi keruh. Sementara itu, intensitas cahaya pada Gua Anjani kecil, hanya saja sedikit cahaya yang masih masuk pada zona remang-remang, serta pH dan suhu yang masih dalam kisaran normal untuk kehidupan zooplankton.

Jenis zooplankton yang hidup pada Gua Anjani berasal dari tiga kelas, yaitu crustacea, rotifer, dan ciliata. Pada kelas crustacea, ada empat jenis yang hampir semuanya mendiami zona 2 dan zona 3. Hal dapat disebabkan karena crustacea mempunyai alat gerak yang lengkap sehingga bisa mencapai zona remang-remang bahkan zona gelap. 

Kemudian terdapat tiga jenis yang ditemukan pada kelas rotifer dan ketiganya ditemukan pada zona 1. Jika dilihat dari alat gerak yang dimiliki oleh ketiga jenisnya, kemungkinan jenis ini terbawa oleh arus air yang bergerak ke luar gua. 

Pada zona 3 tidak ditemukan plankton dari kelas rotifer. Sementara itu hanya terdapat satu jenis yang ditemukan pada kelas ciliata yang mendiami zona 1 yaitu Paramaecium sp., yang seringkali digunakan sebagai indikator lingkungan perairan yang tercemar akibat pembusukan bahan organik.

Indonesia merupakan wilayah yang sebagian besar berupa perairan baik perairan tawar maupun laut. Penelitian mendalam tentang kenaekaragaamnperairan sangat perlu dikembangkan dalam rangka menjaga biodiversitas dan konservasi sumberdaya perairan di Indonesia.

Referensi

Rahmadi, C.,Y.R. Suhardjono. 2007. Arthropoda Gua di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Zoo Indonesia Vol. 16(1):21 – 29

Abdullah, A. Z., dan Perkasa, T. B.P. 2010. Keragaman Zooplankton Gua Anjani, Desa Tlogo Guo, Purworejo. Dalam Prosiding Seminar Nasional Biologi. Fakultas Unsoed.Purwokerto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun