Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tuhan Lebih Sayang

22 September 2021   08:12 Diperbarui: 22 September 2021   08:20 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: filsafat.id.

Mereka bersama-sama menghabiskan malam dengan menikmati minuman itu. Air yang memberi kenyamanan kehangatan yang sering juga memanaskan dan membakar. Dan menikmatinya dalam suasana akrab yang sangat karib sambil melontarkan cerita-cerita kecil sederhana seputar perjalanan perkuliahannya hingga tuntas di ruang wisuda.

Di dalam keasyikannya, mereka lupa sudah berapa banyak botol yang dikosongkan. Mereka tidak ambil pusing. Tak perlu dihitung. Yang penting senang riang merayakan kemenangan. Sebab ini adalah hari kemerdekaan. Kebebasan dari segala keterikatan kuliah yang menjemukan menyebalkan.

Di dalam keseruannya, hari sudah berganti walau suasana masih gelap. Mereka tetap tidak ingin berpisah hanya alat pemersatunya telah tandas ludas. Apalagi mereka masih segar. Maka mereka pun beranjak dari tempat semula karena jenuh tiada aktivitas yang menyenangkan.

Tanpa berpikir panjang mereka keluar dari rumah demi menikmati udara sejuk subuh. Masing-masing dengan kendaraannya berkonvoi berkejar-kejaran. Memacu motor dengan cara yang tidak biasa karena suasana sepi dan dikuasai air penyemangat tadi.

Mereka kebablasan karena keasyikan. Ditambah, takada yang melarang atau pun menegor. Masing-masing melakukan menurut apa yang dianggapnya keren dan patut. Ini sebuah bentuk aktualisasi diri yang sangat keliru. Tapi nasi telah menjadi bubur dan sudah basi pula.

Terjadilah kecelakaan yang tak diinginkan. Seorang di antara mereka menabrak pembatas jalan yang agak tinggi. Motor hancur berkeping serpihan. Sedangkan orangnya mati di tempat dengan otak dan potongan dagingnya berserakan.

Dalam situasi seperti itu, mereka tak bisa berbuat banyak kecuali melakukan yang mereka bisa. Semua terpana diam membisu. Ada ketakutan dan kebingungan entah mau bertindak berbuat apa? Maka tanpa aba-aba tanpa komando mereka melontarkan ini: "Tuhan lebih sayang dia." Betulkah?

Tabe! 

Tilong-Kupang, NTT

Rabu, 22 September 2021 (08.48 wita)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun