(Jika Anda tak ingin terlupakan
Seketika terbujur kaku dan membusuk
Tulislah hal-hal laikbaca, atau
Lakukanlah hal-hal laiktulis)
Jadi saya menulis karena terprovokasi oleh puisi di atas. Entah saya pernah baca di mana, saya pun sudah lupa. Ini adalah dorongan bagus agar setiap kita mau dan suka menulis. Supaya ada jejak sejarah yang tertoreh bahwa kita pernah ada di muka bumi yang fana ini.
Sobat literasi hebat Indonesia, menulis dan membaca adalah suatu keutuhan. Dia ibarat dua sisi koin yang tidak bisa terpisahkan, apalagi dipisahkan. Tidak mungkin! Nah, untuk bisa menulis dengan keren, wajib banyak membaca.
Menulis itu menyampaikan ide secara logis. Sedangkan membaca adalah sarana membangun logika. Berarti keduanya linear. Tentang membaca, Ralph Waldo Emerson menasihatkan: "Bila ingin tahu apa yang diketahui orang lain, bacalah apa yang mereka baca."
Buah pikiran Ralph Waldo Emerson tadi saya baca secara tidak sengaja ketika berkunjung ke salah satu toko buku. Kata-kata itu meresap merasuk ke dalam sanubari saya. Akhirnya saya pajangtempatkan sebagai moto di skripsi saya. Jadi sekiranya ingin terampil menulis seperti para maestro, bacalah apa saja yang mereka baca. Â Â
Saya ingin menyampaikan ini sebagai penutup paparan malam ini. Saya mendapatkan suatu penguatan dari hasil belajar dan bereksperimen. Bahwa teori menulis itu penting dan dibutuhkan (baca: harus dilahap), apabila seseorang sudah menghasilkan karya.
Sebaliknya: "Kalau sudah mempunya teori yang mumpuni, berlatihlah sesuai teori yang dipunyai supaya terampil mengelola dan mengolah kata. Atau kalau sudah terampil menulis, belajarlah teorinya agar semakin kaya gaya dan kian kaya aksara bermakna. Maka, pasti keren!"
Tabe!Â