Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kutautkan Percaya Diriku pada Polri

1 Juli 2021   10:37 Diperbarui: 1 Juli 2021   10:43 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Sudah lebih dari dua bulan ini aku tidak menghasilkan tulisan yang laikbaca dan laiktayang. Yaitu tulisan yang laikbaca bagi diri sendiri apalagi untuk orang lain. Juga tulisan yang laiktayang sebagai dokumentasi abadi di blog. Apakah blog pribadi ataupun blog 'sejuta umat' seperti: Kompasiana.com., dan terbitkanbukugratis.id.

Aku tidak menghasilkan tulisan karena kehilangan percaya diri dalam menulis. Entah ke mana perginya percaya diriku itu. Apakah dia pergi karena tak ingin bersamaku lagi? Atau mungkin dia minggat gegara merasa nyaman bersama orang lain. Entah!

Ini terjadi sejak adanya badai seroja yang menggoncang NTT, khususnya Kupang dan sekitarnya. Badai hujan dan angin kencang yang berlangsung hanya dua hari. Tapi dampaknya sangat mengerikan menggemparkan.

Gegara seroja semua orang takut. Siapa pun dia dan apa pun kedudukannya tak berdaya diperlakukan dengan kejam oleh oknum tak berperi yang bernama seroja. Takada seorang pun memiliki kekuatan untuk mencegahnya. Hilang keberanian. Percaya diri pun raib, kecuali pada Tuhan Sang Khalik.

Sejak seroja itu betapa beratnya menuangkan isi hati dan pikiran ke atas kertas dan/atau mesin tulis. Setiap ada niatan ingin menata kata dan merangkai kalimat demi meramu alinea, aku macet. Aku seperti terpasung terjerat tak berkutik. Pikiran buntu. Hati mengeluh. Jari jemari kaku. Tak mampu kugarap sebuah  paragraf yang berharga. Kecuali sebuah draf yang kacau balau.

Ketika badai itu menerjang, aku berusaha menggambarkan situasi terkini dengan mengurainya di gawai. Semua yang kutoreh campur baur tak terorganisasi. Tak tertata. Itu karena nalar dan rasa yang puntang cerenang dibuat oleh 'tamu' yang tak diundang.

Akibat terjangan seroja kala itu pohon, rumah maupun menara gonjang ganjing. Mereka terus meliuk ke sana kemari seperti penari balet. Karena liukan yang mengancam hidup, aku memapar kejadian yang 'bersejarah' dan menyejarah itu secara serampangan. Semrawut. Antara laporan pandangan mata, ucapan syukur, doa dan harapan. Acakadul takkaruan. Seperti ini!

"Hari ini, Minggu tanggal 4 April 2021 jam 12.00 hingga 16.00 wita hujn deras. Hujan disertai angin kencang. Akibatnya pepohonan bertumbangan, tak terkecuali kedua pohon pepaya yang ada di halaman rumah. Mereka tak berdaya, tumbang memanjang. 

Puji syukur, Tuhan Yesus baik. Kedua pohon itu jatuh ke timur. Mereka tidak menimpa rumah. Sungguh Tuhan baik. Semoga semua orang mengalami kebaikan Tuhan. Semoga badai ini cepat reda. Tolong kami, Tuhan Yesus! 

Aku sungguh ketakutan yang teramat sngat. Degup jantung seperti bunyi tapak kaki kuda yang lagi ngambek. Saking takutnya, aku jadi mual. Kiranya aku tetap dalam lindungan Tuhan Yesus yang ajaib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun