Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

A Whistle, Tongkat Gembala Sang Guru Olahraga

2 Maret 2021   10:03 Diperbarui: 2 Maret 2021   20:39 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Whistle itu adalah peluit dalam bahasa Indonesianya. Sedangkan dalam bahasa aslinya ada dua pengertian, yaitu membuat bunyi yang melengking tinggi dari mulut dan/atau alat tertentu. Dan alat khusus yang ditiup untuk menghasilkan bunyi.

Arti lengkapnya di Cambridge Advanced Learner's Dictionary (2007:1478) demikian, pertama: To make a high sound by forcing air through a small hole or passage, especially through the lips, or through a special device held to the lips. Kedua: A device which you hold to your lips and blow through in order to make a loud, high sound.

Whistle atau peluit merupakan salah satu ciri seorang guru olahraga. Ia biasanya menggelantung di leher. Itu bukanlah sebuah perhiasan baginya. Ia adalah senjata dan tongkat komando yang efektif baginya. Dengannya, ia akan mengatur dan menggembala domba-dombanya.

Ketika mendengar bunyi peluit di awal pelajaran artinya anak-anak yang masih berpencar akan berkumpul di suatu titik tertentu. Titik dari mana suara itu berasal. Titik di mana sang gembala yang guru olahraga itu ada. Dengan peluit, ia akan memberi instruksi yang diperlukan demi membelajarkan anak didiknya.

Tidak semua instruksi diberikannya menggunakan peluit. Ia akan menggunakan peluit untuk menggerakkan para siswa. Peluitnya adalah penegasan dari penjelasan yang telah diberikan sebelumnya. Artinya setelah menjelaskan dan mereka paham, ia akan memberi komando dengan bunyi peluit untuk dilaksanakan.

Bunyi peluit yang diudarakan tidak selalu sama. Bervariasi. Ada yang panjang ada yang pendek. Ada yang sekali bunyi. Ada dua, tiga atau lebih bunyinya dalam setiap instruksi. Dan variasi lain yang ia kreasikan demi membedakan instruksi yang satu dengan lainnya.

Variasi yang dia ciptakan menjadi salah satu ciri pribadinya juga untuk menghidupkan suasana belajar agar tidak sepi. Ada semangat terpompa dari bunyi peluit yang menebar menggelegar.

Tidak hanya sampai masa pembelajaran peluit digunakan. Tapi ia difungsikan sejak awal hingga akhir pembelajaran. Tentu hanya digunakan dan fungsikan di mana diperlukan. 

Jadi tidak setiap menit sepanjang pelajaran peluit ditiup. Di akhir jam pelajaran, sang gembala akan meniup sekali lagi dengan cara tertentu sebagai tanda usai. Dengannya, anak akan meninggalkan lapangan dan kembali ke kelas.

Peluit, menurut Wikipedia, adalah sebuah alat berukuran kecil yang terbuat dari berbagai bahan seperti kayu atau plastik yang mengeluarkan suara nyaring ketika ditiup.

Peluit umumnya berbentuk lonjong dengan lubang kecil di bagian atas untuk perputaran udara. Peluit juga diistilahkan sebagai aerophone udara sederhana, karena menghasilkan suara dari aliran udara paksa.

Menurut Wikipedia pula, peluit pertama ditemukan oleh Joseph Hudson pada tahun 1868 di Birmingham, Inggris. Peluit pertama (berkode ASH03081991) mulai digunakan oleh wasit William Atack pada pertandingan sepakbola di Nottingham Forest, dan pada saat itu peluit masih terbuat dari kuningan. Kemudian penggunaannya diperluas ke bidang kepolisian untuk membantu polisi yang sebelumnya mengatur jalan raya hanya dengan tangan dan suara.

Merujuk pada penjelasan Wikipedia, maka setiap guru olahraga patut berbangga karena peluit tercipta dari dan demi olahraga. Tidak dijelaskan secara pasti apakah penciptanya adalah guru olahraga atau bukan.

Tapi sesudah itu, ia digunakan pertama kali untuk menyukseskkan pertandingan sepakbola. Sekali lagi, berbanggalah Anda wahai para guru olahraga.

Di masa sekarang ini, sudah banyak macam peluit dengan beraneka warna pula. Warna yang menyolok yang cukup menarik untuk dilihat. Selain warna yang bervariasi, juga ada banyak bentuk dengan kekhususannya tersendiri. Bentuk dan warna yang bervariasi itu ada seturut perkembangan pola pikir, teknologi dan kebutuhan.

Ada banyak jenis dan bentuk peluit serta fungsinya. Saya ambil beberapa contoh dari apa yang disajikan di laman e-pjok.web.id. Artikel ini diunggah tanggal 23 September 2018 yang lalu. Di antaranya: Doflin karena bentuknya menyerupai lumba-lumba. Pladio memiliki frekwensi suara melengking tinggi. 

Valkeen adalah tipe peluit paling mewah. Mahal. Perlu merogok kocek lebih dalam untuk mendapatkannya. Kemudian dua tipe terakhir adalah peluit parkir dan peluit pramuka.

Wibawa seorang guru olahraga ada di peluitnya. Sebab dengan peluit ia akan memberi instruksi kepada para murid. Instruksi untuk mengerjakan atau melakukan apa yang dikehendakinya. Yaitu kegiatan ragawi untuk membentuk jasmani yang bugar.

Saat kapan senjata wibawa itu digunakan? Tidak ada patokan yang baku. Itu bisa kapan saja tergantung kebutuhan. Yaitu juga tergantung situasi yang ingin dikendalikan. Dan tujuan yang ingin dicapai.

Tapi pada umumnya saat memulai kegiatan pembelajaran. Yakni saat para siswa akan dikumpulkan. Lalu saat sedang beraktivitas. Yakni agar ada keseragaman gerakan sehingga mereka dapat memperoleh keterampilan yang sama. Dan di akhir pembelajaran. Yakni mereka harus berkumpul kembali untuk menyudahi seluruh kegiatan pembelajarannya.

Cara meniup peluit seorang guru olahraga mencirikan sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa sebuah perintah. Perintah untuk memulai, melanjutkan dan/atau berhenti. Dan seterusnya dalam lingkaran komando seperti demikian.

Oleh karena itu, tiupannya memiliki aksentuasi tersendiri. Maksudnya ada penekanan tertentu yang hanya diketahui oleh pribadi guru itu dan para siswanya. Tentunya mereka telah memiliki pemahaman kesepakatan yang disetujui bersama.

Aksentuasi yang dimaksud di antaranya adalah tiupan pendek atau panjang bergema. Atau ada hentakan tertentu yang mengarah pada kesepakatan tertentu pula. Aksentuasi itu juga bisa berupa jumlah tiupan. Yang pastinya sudah disepakati demi lancarnya kegiatan yang mereka lakoni. Pembelajaran yang efektif.

Jadi boleh dikatakan bahwa peluit adalah bagian dari hidup seorang guru olahraga. Dia bukan sekedar aksesoris pelengkap. Bukan juga sebagai hiasan pemantas penampilan. Tapi ia adalah senjata dan tongkat komando.

Boleh juga diibaratkan peluit itu sebagai belahan jiwa seorang guru olahraga. Bukan belahan jiwa secara sisik rohani. Tetapi belahan jiwa sosok kepemimpinan. Karena dengan peluit, ia mengerahkan dan mengarahkan agar mencapai tujuannya.

Tabe!

***

Tilong -- Kupang, NTT

Selasa, 2 Maret 2021 (09.28 wita)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun