Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kampus: Tempat Mengisi 3 Piala Para Calon Pemimpin Bangsa

2 Januari 2021   13:26 Diperbarui: 2 Januari 2021   13:32 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dengan demikian hati setiap anak muda calon pemimpin yang masih berada di bangku kuliah harus diisi dengan budi pekerti. Hal positif yang membangun karakter kuat. Mereka harus dididik untuk memiliki moral yang baik. Supaya mereka memiliki etika di kala memimpin kelak.

Budi pekerti dan etiket dalam berkehidupan sejatinya tidak diajarkan tapi dicontohkan. Dicontohkan dari para senior, dosen dan pemimpinnya di kampus. Bila mereka melihat contoh hidup yang berbudi dan beretiket, mereka akan melakukannya.

Contoh-contoh hidup dari para pemimpinnya itu akan memenuhi piala hatinya. Dari piala hati yang penuh hal-hal baik itulah kelak ketika memimpin, ia akan memjadi pemimpin berhati mulia. Dengannya ia akan menjalankan roda kepemimpinannya dengan jujur dan bertanggung jawab.

Otak Sebagai Sumber Berpikir

Otak manusia adalah sumber berpikir yaitu kemampuan untuk menganalisis dan mencipta. Dengan kemampuan berpikirnya, manusia mengadakan apa yang belum ada. Apa yang ada di angan-angan dapat diwujudnyatakan melalui kemampuan berpikirnya.

Ia menjadi salah satu sumber kekuatan manusia, maka ia harus selalu diisi. Untuk mengisi piala otak, tidak ada jalan lain kecuali belajar. Dan pintu masuk belajar yang sederhana adalah membaca. Membaca segala informasi yang membangun tentunya.

Jika mahasiswa kurang membaca atau yang parahnya tidak suka membaca, maka dapat dipastikan seberapa kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, selama mereka berada di kampus seyogyanya membaca menjadi kewajiban tidak tertulis. Tapi itu pun suatu budaya, jadi budaya ini harus lebih dahulu dicontohkan oleh yang berpengaruh di kampus.

Belajar dengan cara membaca yang terus-menerus berkesinambungan akan membentuk daya pikir kritis. Daya pikir kritis inilah yang harus dan wajib dimiliki seorang pemimpin. Dengan daya pikir kritisnya dia tidak akan gampang dipengaruhi ataupun diprovokasi.

Dengan kemampuan berpikir kritisnya itu, ia sanggup menilik segala persoalan dari banyak segi. Dari segala penjuru, dari berbagai aspek. Dia tidak akan skeptik dan meneropong dengan kacamata kuda setiap persoalan apapun yang dihadapi. Malah dia akan terbang di atas persoalan seperti burung rajawali melayang di atas badai.

Wujud kemampuan berpikir kritis tidak semata nilai yang tinggi tetapi kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi. Siapa pun yang mampu menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi adalah manusia unggul. Dia tidak akan terkekang.

Wahai para mahasiswa calon pemimpin bangsa tingkatkanlah kemampuan berpikir kritismu. Kesanggupan itu ada jika Anda bergiat mengisi piala intelektualmu dengan berbagai pengetahuan yang membangun. Salah satu cara mengisi piala itu adalah dengan rajin dan tekun membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun