"Rufus, mau ikut Papa tidak?"
"Ke mana, Pa?"
"Ke hutan. Cari bambu untuk tatakan lilin. Penghias pohon natal di gereja."
"Mau. Sekalian, saya pengen cari bambu yang besar untuk bikin meriam. Kapan perginya, Pa?"
"Sekarang. Siap-siaplah!"
Aku persiapkan segala perlengkapan. Peralatan yang diperlukan untuk masuk hutan. Aku siapkan parang atau golok kecil dan pisau. Alat potong yang sesuai genggamanku.
Aku hanya mengenakan celana pendek. Tanpa baju alias telanjang badan. Dan tanpa alas kaki pula. Lebih nyaman tanpa alas kaki. Kalau pakai sandal atau sepatu ribet. Jadi aku mau pergi temani papa ala tarzan saja.
Tapi papa menegorku. Ia menyuruhku pakai baju. "Pakai kaos oblong yang tangan panjang. Supaya tidak digigit nyamuk. Di hutan nyamuknya banyak dan sangat ganas." Aku menuruti nasihat papa.
Kami tidak perlu membawa makan dan minum. Hutan tempat kami mencari bambu dekat dengan tempat tinggal kami. Cuma sepelempar batu jauhnya dari rumah. Tidak terlalu banyak mengeluarkan energi untuk pergi pulangnya.
Aku dan papa sedang mempersiapkan segala sesuatu untuk masuk hutan. Mama dan kakak-kakakku lagi seru dengan kue-kue. Dan berbagai masakan lain untuk perayaan hari natal dua hari kemudian.
Di kampung kami memang demikian. Setiap keluarga diberi tanggung jawab untuk natal bersama di gereja kami yang sederhana. Tahun ini keluarga kami mendapat tugas untuk menghias pohon natal. Pohon natal dan segala asesoris lainnya.