Ketika saya harus mengajar Atletik (lembing), sekolah tidak memilikinya. Sekalipun secara fisik ia mentereng, tapi belum semua prasarana belajar tersedia. Ketidaktersediaan sarpras bukan menjadi alasan untuk tidak mengajarkan materi tersebut.
Karenanya, saya ciptakan sendiri lembing dari bambu runcing. Bambu yang banyak tumbuh di sekeliling sekolah saya manfaatkan. Saya minta tolong seorang petugas kebersihan sekolah untuk memotong dan membersihkannya. Itu dimaksudkan agar ketika digunakan tidak membahayakan mencelakakan.
Bambu-bambu yang sudah dibersihkan selanjutnya saya minta untuk dipotong sama panjang. Ukuran yang saya pintakan kurang lebih dua setengah meter. Lalu saya memilih yang representatif untuk digunakan. Karena banyak yang bengkok maka saya menyeleksi yang paling layak saja.
Setelah bambu-bambu runcing yang saya mintakan itu tersedia, saya jelaskan kepada para siswa bagaimana cara menggunakannya. Dari cara menentukan tempat menggenggam hingga cara melemparlontarkannya. Sesudah itu, mereka mempraktikkannya.
Agar bambu-bambu runcing itu bisa digunakan, pertama harus mencari dan mengetahui posisi atau letak titik keseimbangannya. Dari situ kita akan tahu posisi menggenggamnya. Maka kita akan dapat melemparnya dengan baik.
Cara mengetahui titik keseimbangannya adalah dengan meletakkan bambu runcing tersebut di atas jari telunjuk. Ia diletakkan secara melintang hanya di atas satu jari itu. Bila bambunya sudah rata seimbang artinya di situlah titik kesimbangannya. Beri tanda di titik itu agar saat digunakan kembali tak perlu lagi mencari-cari.
Sesudah menemukan titiknya dan diberi tanda, maka selanjutnya adalah beritahukan cara menggenggam. Bambu runcing yang sudah diberi tanda diletakkan di atas telapak tangan dengan posisi tanda keseimbangan berada di tengah telapak tangan.
Dari posisi itu, genggam lembing bambu runcing. Cara sederhananya adalah jari telunjuk dan jempol mencengkeram lembing lebih erat sebagai sumber tenaga untuk melemparnya. Tiga jari lainnya hanya menekuk rileks membungkus lembing bambu runcing agar dikuasai penuh saat melepaskannya.
Jempol menempel memanjang bambu runcing. Ujung jempol menunjuk ekor lembing bambu runcing. Sedangkan ruas kedua jari telunjuk menjadi tempat lembing berbaring. Kecuali saat harus dilempar maka jempol dan telunjuk harus memperkokoh cengkeramannya sebagai sumber kekuatan lemparan.
Siswa kemudian diajarkan cara melempar lembing bambu runcing. Dimulai dari berdiri di tempat dengan posisi lembing berada di atas kepala lalu melempartancapkan ke depan. Sesudah itu mengambil awalan satu langkah, beberapa langkah dan akhirnya berlari.
Demikianlah sedikit kisah merdeka belajar dengan bambu runcing. Intinya adalah anak tetap belajar dengan senang walau dengan prasana belajar sederhana. Lebih daripada itu adalah anak mengenal dan memahami konsep pembelajarannya.