Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rau Kattu (Bagian III: Jadi Tamu di Ammu Keppue)

27 Agustus 2020   22:55 Diperbarui: 27 Agustus 2020   23:06 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bentuk rumahnya oval memanjang ke arah matahari terbit dan terbenam. Ia berbentuk rumah panggung bertrap atau bertingkat tiga. Trap/tingkat pertama semacam terasnya yang dalam bahasa Sabunya disebut Kelaga Rai. Trap kedua, Kelaga. Dan trap ketiga, Dammu.

Kelaga Rai (teras) berfungsi sebagai ruang tamu. Yaitu tempat untuk menerima tamu. Selain itu, ia berfungsi juga sebagai tempat untuk makan dan minum, tidur siang, dan sebagai tempat untuk menenun. Menenun kain tradisional Sabu: Selendang, sarung untuk perempuan dan kain/selimut untuk lelaki.

Trap atau tingkat kedua itulah ruang utama dari Ammu Keppue. Ruang utama ini dalam bahasa Sabu disebut Kelaga. Kelaga ini terdiri dari dua bagian, yakni: Kelaga Ae dan Kelaga Raha.

Kelaga Ae berfungsi sebagai tempat beristirahat pada malam hari dan untuk menyimpan barang-barang penting. Biasanya juga berfungsi sebagai tempat ritual adat. Sedangkan Kelaga Raha merupakan tempat menyimpan periuk tembikar yang berisi gula air. Ia juga menjadi tempat menyimpan bahan makanan lainnya, serta perabot makan.

Trap atau tingkat ketiga disebut Dammu. Trap ini layaknya balkon di rumah-rumah pada umumnya. Jadi tidak luas seperti lantai di bawahnya. Dia hanya berukuran antara 75 cm hingga satu meter lebarnya dari atap ke dalam. Ia merupakan tempat menyimpan barang-barang atau perlengkapan ritual adat.

Dalam budaya Sabu, Ammu Keppue selalu menghadap ke Utara atau Selatan saja dan hanya memiliki dua pintu utama. Satu pintu sebagai akses masuk. Dan satu lagi sebagai akses keluar. Masing-masing pintu mempunyai namanya yaitu: Duru (Uba Kelae Duru) dan Kopo (Uba Kelae  Kopo).

Penentuan nama pintu sangat tergantung pada posisinya, menghadap ke mana Ammu Keppue itu. Bila menghadap ke Utara maka Uba Kelae Duru berada di bagian Barat dan Uba Kelae Kopo di sebelah Timur. Jika menghadap ke Selatan berarti sebaliknya, Uba Kelae Duru di Timur. Sedangkan Uba Kelae Kopo di Barat.

Kebetulan Ammu Keppue milik keluarga besar Djami di Luibali Mehara menghadap ke Selatan. Maka dengan sendirinya Uba Kelae Duru berada di Timur. Dan di bagian Baratnya adalah Uba Kelae Kopo.

Semua konstruksi Ammu Keppue dibuat dari bahan-bahan yang diambil dari lingkungan alam sekitar. Bahan-bahan itu terdiri dari: Kayu akasia, papan atau balok dari pohon lontar, bambu, dan daun lontar. Pembangunan rumahnya tanpa menggunakan paku. Hanya dengan ikatan dari rotan dan/atau sejenisnya.

Kayu akasia dipakai untuk tiang penyanggah. Sebagai sokoguru Ammu Keppue. Semua beban rumah ada padanya. Balok dari bongkahan lontar dipakai sebagai penyanggah atap dan papan dari lontar untuk lantai. Bambu dipakai sebagai tempat untuk mengikat daun lontar yang menjadi atapnya.

Pembaca yang budiman! Selanjutnya Ha'o Rau Kattu (pemegang atau pembawa rambut mendiang) meletakkan kedua wadah yang dibawa dari rantau (Kupang). Ia meletakkannya di lantai dekat tiang utama bagian Timur yang disebut Latarru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun