"Saya yang menemukan tas bapak."
"Puji Tuhan." Teriakku dalam hati.
"Bagaimana dan di mana bisa saya ambil?" Sambungku.
"Bapak tunggu saja di rumah. Saya antar sebentar. Saya sudah tahu alamat bapak." Ia menegaskan dengan logat Makassar yang sangat kental. Karenanya aku harus tempelkan HP di telinga dalam-dalam agar bisa menangkap maknanya.
Memang hari-hari sebelumnya setelah kehilangan tas, aku diberi hikmat untuk mendatangi alamat-alamatku yang lama. Kepada Satpam setempat, aku sampaikan ihwal kedatanganku.
Aku sampaikan padanya bahwa bila ada orang yang mencariku kapan saja, tolong hubungi aku. Agar mudah, aku tinggalkan Alamat rumah sekarang (terkini) dan nomor telepon (selular dan rumah).
Pada hari Senin tanggal 23 November 2009 aku ke Taman Masamba, Tanjung Bunga, Makassar. Itu adalah tempat tinggalku yang pertama sejak tiba di Makassar. Tidak ada respon. Tidak ada kabar yang menggembirakan sampai dengan hari Selasa, 24 November 2009.
Keesokan harinya adalah Rabu tanggal 25 November 2009. Sehabis pulang sekolah istriku mengajak menemaninya pergi membeli keperluan dapur. Sebelum kembali ke rumah, aku balik mengajak istriku untuk mampir ke Taman Asri Estate di jalan Talasapang.
Kami di sana kira-kira jam 17.30 wita. Kami berbicara dengan Petugas Keamanannya dan melakukan hal yang sama. Tiga puluh menit kemudian kami kembali ke Rumah. Baru saja aku duduk, telepon genggamku berdering.
Tuhan itu baik. Ia teramat baik. Dia mendengar doaku. Tepat jam 19.30 wita, bapak yang menelpon tadi datang. Ia bersama seorang anaknya yang berusia kira-kira antara 6-7 tahun datang mengantarkan tasku.
Sambil menyerahkan kembali tas itu, dia mempersilakanku untuk memeriksa. Maka aku membukanya dan melihat sekilas. Semuanya utuh seperti sedia kala. Kecuali pisang raja yang tiga buah itu yang tidak ada.