Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesaksian Masyarakat Kota Seribu Gereja

5 Juni 2020   21:30 Diperbarui: 5 Juni 2020   21:31 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: Thinkstock Photo

Sedangkan orang yang berada di lajurnya diberhentikan agar jenazahnya lewat. Bukankah lebih berharga orang papa hina dina yang masih hidup dibanding yang dipertuan agung yang sudah terbujur kaku?

Ketiga, penggunaan klakson. Klakson memberi isyarat agar kendaraan yang disasar memberi membuka jalan. Kalau isyarat artinya secukupnya seadanya bunyi klakson. Tindakan yang sering diperlihatkan adalah membunyikan klakson panjang dan berkali-kali dan yang mengagetkan.

Mungkin ada yang berkelit bahwa ada keperluan mendesak. Pertanyaannya, apakah orang lain yang sedang di jalan tidak punya keperluan? Bagaimana seandainya yang diklakson adalah orangtua uzur dengan riwayat sakit jantung?

Keempat, penggunaan lampu jauh di malam hari. Lampu itu perlu untuk mendeteksi mengetahui kondisi jalan di depan. Tapi akan bijak bila lampu jauh itu digunakan di tempat sepi. Sebab di tengah ramai kendaraan akan sangat mengganggu penglihatan pengendara lainnya. Masyarakat kota kasih adalah indvidu-iindividu yang altruistik.    

Kelima, memainkan gas. Adalah kebahagiaan ketika orang lain bahagia atas perbuatan kita. Tapi kebahagiaankah kalau memainkan gas kendaraan bermotor yang merusak gendang telinga? Mungkin ada yang berkilah, ini motor saya. Jalan ini milik umum. Saya punya hak untuk melakukan apa saja. Seratus persen benar. Tapi pernah berpikir bahwa orang lain juga memiliki hak sejahtera yang sama?

Keenam, musik. Musik adalah sarana penyejuk jiwa dan batin yang kerontang. Karenanya ia ada untuk dinikmati. Dinikmati demi memperkaya sisik rohani pendengarnya.

Dia akan bisa dinikmati dengan takaran alunan padan yang imbang. Keseimbangan padu yang merdu antara vokal penyanyi dan instrumen yang mengiringi. Semua instrumen pun mendenting dentangkan nada harmonis yang menyatu dengan kalbu.  Dengan demikian orang yang mendengarnyapun ikut menggoyangkan anggota tubuh karena merdunya alunan yang disuguhkan.

Apakah alunan musik yang tersaji telah menjadi kesaksian hidup yang berdampak? Apakah dentuman musik yang menyebabkan sesama penumpang tak mampu saling mendengar suaranya telah memberi kebahagiaan?

Saya percaya masyarakat kota seribu gereja adalah pribadi-pribadi altruistik. Pribadi-pribadi yang senang melihat orang senang. Orang-orang yang bahagia melihat orang lain bahagia dengan tindakannya.

Apalagi Kupang sedang dan akan menjadi kota transit dan tujuan wisata dunia. Tentu pula masyarakatnya telah siap menjadi tuan rumah dan pemandu yang menyenangkan.

Sudah siapkah masyarakat kota seribu gereja menjadi tuan rumah dan pemandu yang menenteramkan juga menyejahterakan para tamu domistik dan mancanegara yang melancong?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun