Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kebelet

24 Mei 2020   15:31 Diperbarui: 24 Mei 2020   15:32 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Maksudnya? Kan mereka bukan anak Mama!"

"Gini, Mama sayang! Tiap hari kita lihat di tivi. Baca banyak berita. Di media cetak. Media daring. Bagaimana gaya tu orang-orang yang pada kebelet. Nih, San bilangin. Yang kebelet kawin, bikin masalah dengan anak perawan orang. Hamili duluan biar kawin. Yang kebelet terkenal bikin sensasi yang kagak-kagak biar populer. Yang kebelet kaya, korupsi, nyuri uang rakyat gak kira-kira. Yang kebelet punya gelar, gak pake kuliah hanya minta-minta nilai atau beli ijazah sekalian. Ijazahnya sampai es dua es tiga tapi gak bisa apa-apa. Ngomong aja kek orang gagu. Apalagi disuruh nulis, dunia runtuh. Yang kebelet berkuasa, cari muka dan nyogok kalau perlu biar jadi bos padahal kemampuan nol. Kagak punya konsep. Gak mampu memimpin."

Setelah dia ngomong segitu banyak, dia datang ke Mama cium tangan dan sekali lagi minta maaf lalu pergi. Mama juga diam saja. Tidak berkomentar apa-apa soal semua yang kakak bilang tadi tentang kebelet orang-orang di luaran sana. Aku pun hanya menelaah dalam batin tanpa bunyi. Tanpa suara. Kubiarkan semua yang kudengar itu meresap di dinding penalaranku. Dan menetap di bilik logikaku.

Di dalam diam kucoba menelusur menyusur jalan pikiran kakak. Aku pejamkan mata sambil bersandar. Di satu sisi, aku kurang suka dengan sikap kebeletnya. Tapi di sisi lain, aku bangga pada ketelitian pengamatannya meneropong orang-orang yang diliputi rasa kebelet dan tak mampu menguasainya.

Biar sudahlah. Aku juga tak tahu mau ngomong apa lagi. Jadi sebaiknya aku juga pamit. Nanti kapan-kapan kalau aku dapat bahan argumentasi yang baik dan berbobot akan aku sampaikan ke teman-teman semua yang telah mengikuti ceritaku ini dari awal. Untuk itu, aku berterima kasih yang sedalam-dalamnya dan sebesar-besarnya. Aku juga sekalian mau mengucapkan selamat lebaran bagi teman-teman sekalian yang merayakannya. Semoga kita bisa bertemu lagi di idul fitri, hari yang fitri tahun depan!

Cerpen ini kudedikasikan untuk mengenang almarhum Santoso Taryono (Adik iparku)!

Tilong-Kupang, NTT
Minggu, 24 Mei 2020 (15.25 wita)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun