Mohon tunggu...
Yola Widya
Yola Widya Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penyuka kuliner dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ada Pelangi di Mataku

16 Januari 2024   11:11 Diperbarui: 16 Januari 2024   11:14 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tidak!!" Tak sadar aku menjerit. Seluruh rasa sakit itu seperti terkuak kembali. Membuncah dari dalam perut. Membuat dadaku sesak, membuatku ingin muntah. "Jangan pernah ajari aku untuk memaafkannya," desisku tajam, penuh rasa sakit. Lalu kenangan itu berputar kembali di kepala, seperti film tua yang terpaksa ditayangkan demi memuaskan keingintahuan penonton. Tentang kejadian beberapa bulan lalu yang menjawab semua rasa gelisah yang kurasa selama bertahan dengan Aswin. Sebuah kenyataan yang sebenarnya telah kuduga, tapi seringkali dinihilkan kembali oleh Aswin. Aku sangat terluka ... pengorbanan bertahun-tahun bertahan dengannya hanya sebuah kesia-siaan. Tak disangka Aswin begitu melukai harga diriku sebagai perempuan.

Badra terduduk di ruang tunggu kantor. Tangannya menutupi wajah yang mendadak pucat. "Maafkan Aswin, Lin ... kumohon ...."

Aku mengabaikannya. Pikiranku sesak oleh kenangan penuh rasa sakit ....

***

"Apa maksud semua ini?" Mataku menatap nanar Vinka. Sebuah pertanyaan bodoh, karena aku sudah membaca niat wanita di hadapanku sejak satpam kantor menelepon ada tamu yang mencariku.

Vinka menyilangkan kaki dengan santai. Senyum kemenangan tersungging sekilas di wajahnya. "Kenapa harus dijelaskan?" Ia balik bertanya.

Jadi ini bukti dari semua pertanyaan yang timbul dari keraguan di hati. Jemariku menggeser perlahan semua gambar di ponsel Vinka. Memang ia benar, kenapa harus dijelaskan, sedangkan kenyataannya begitu gamblang. Foto-foto kemesraan Aswin dan Vinka selama ini, seperti sedang menyajikan dirinya untuk dipilih. Aku menelan ludah, 6 tahun yang sia-sia. Airmata yang percuma.

"Kalian tega membohongiku selama ini ...."

"Membohongimu? Bukannya kamu sudah tahu selama ini?" tantang Vinka.

Oh, sungguh, kalau saja ini bukan di kantor, sudah kumaki-maki dia. Aku menarik napas dalam-dalam, tapi tetap dada ini terasa sesak. Vinka benar, aku memang tahu semua kebohongan mereka selama ini. Aswin selalu menyangkal, tapi kepastian hubungan yang lambat terwujud menjadi bukti tak tertulis. Aku yakin benar Aswin memiliki wanita lain. Dan aku tak terkejut ketika wanita di depanku ini tadi memperkenalkan diri. Beberapa kali aku melihat kedekatan mereka di media sosial, tapi Aswin selalu berkelit.

"Jadi apa maksud semua ini? Apa maumu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun