Mohon tunggu...
Yola Widya
Yola Widya Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penyuka kuliner dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cerita dari Bangkalan

24 Juli 2023   18:08 Diperbarui: 25 Juli 2023   13:25 3522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lumayan juga ternyata jaraknya ternyata, tapi setimpal dengan pemandangan sepanjang jembatan yang tidak ada duanya. Kemarin saya sempat melihat boat juga yang melintas di bawah jembatan. 

Terus air lautnya juga terlihat seperti dua warna dari atas jembatan itu. Pokoknya indah sekali. Pemandangan setelah turun dari jembatan membuat saya lebih tercengang lagi.

 Di sisi kanan jalan yang saya lalui banyak terdapat toko oleh-oleh. Dan uniknya, modelnya itu mirip toko oleh-oleh di Jawa Barat. 

Berupa deretan kios sederhana dengan barang-barang jualan yang dipajang di rak, juga ada yang digantung. Saya jadi teringat daerah Padalarang dan Tagog Apu begitu melihat deretan kios-kios itu.

Setelah istirahat sebentar di sebuah mini market, lalu dilanjut membeli camilan tahu di pinggir jalan. Tahunya ditambahi bumbu petis selain lombok. Katanya petis Madura terkenal enak, dan nyatanya rasanya memang lebih terasa lekat di lidah dibanding petis yang ada di Kediri ataupun Surabaya. 

Kemudian perjalanan dilanjut dengan mengisi bensin di pom. Selama di pom bensin saya banyak mengamati gestur dari orang-orang yang lalu lalang. Memang setiap daerah itu memiliki ciri khasnya masing-masing. 

Karena di awal niatnya memang hanya menyeberang jembatan saja, jadinya dari pom bensin saya pun berputar balik ke arah Surabaya. Cuaca di Madura kemarin itu tidak sepanas di Surabaya. Udaranya juga terasa bersih dan ringan di paru-paru.

Jujur saya sempat tergoda untuk turun dan membeli oleh-oleh. Terlebih ketika saya lihat ada camilan mirip kembang goyang khas Jawa Barat. Atau itu memang kembang goyang? 

Saya lihat banyak juga jenis kerupuk lainnya yang digantung di toko oleh-oleh. Hampir mirip dengan yang ada di Kediri dan Bandung. Apakah hal ini ada hubungannya dengan Medang Kamulan dan Sumur Bandung? Seolah-olah ketiga kota ini memang bersaudara berdasarkan sejarah kerajaan saja. 

Ah, saya mulai ngelantur, terpengaruh kesukaan saya pada sejarah. Nyatanya, saya rasa ini merupakan pertanda akan adanya sebuah titik balik awal. Tentang hijrah diri.

Di tepian Bangkalan, sepanjang jalan pulang ke Surabaya kesadaran saya makin dalam. Bahagia itu ada, bahagia itu diciptakan bukan dicari. Cinta itu ada, cinta itu diberi Tuhan bukan diciptakan manusia. Harapan itu selalu ada meski di tempat tergelap sekalipun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun