Mungkin kita tidak merasa. Bahwa, doa dan keyakinan kita terkadang adalah kesia-siaan. Â
Menyadari sebagai makluk ciptaan Allah, berdoa adalah suatu kewajiban kita Manusia, yang diajarkan dalam  iman dan keyakinan kita masing-masing. Dengan berharap semua doa dan permohonan kita dikabulkan oleh Allah. Akan tetapi, terkadang kelakuan kita terhadap sesama manusia yang membuat doa dan keyakinan kita itu menjadi sia-sia.
Seperti halnya dalam doa, kita memohon Allah mengampuni dosa kita, tetapi kita tidak mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Sehinggah, sia-sialah doa kita itu.
Tidak pernah lupa! Kita juga memohon Allah memberikan rezeki kepada kita, tetapi kita tidak memberikan kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan kita, sekalipun rezeki kita sudah melimpah ruah. Sehinggah, sia-sialah doa kita.
Tidak hanya itu, dalam doa kita juga memohon Allah membantu kita, tetapi dalam kehidupan sehari- hari kita tidak membantu orang lain. Sehinggah, sia-sialah doa kita.
Dalam doa juga kita memohon Allah mengasihi kita, tetapi kita tidak mengasihi orang lain. Sehinggah, sia-sialah doa kita.
Selain itu, dalam doa juga sering kali kita memohon Allah menyembuhkan sakit dan penyakit kita, tetapi kita menyakiti orang lain. Sehinggah, sia-sialah doa kita.
Tidak pernah lupa, dalam doa kita memohon Allah mendamaikan dan menenagkan hati dan pikiran kita, tetapi kita menciptakan perselisihan dan pertikaian pada orang lain. Sehinggah, sia-sialah doa kita.
Kita memohon Allah melindungi kita, tetapi kita tidak melindungi orang yang butuh perlinduangan dari kita. Sehinggah, sia-sialah doa kita.
Mungkin juga dalam doa kita menginginkan Allah membenarkan cara doa kita, tetapi kita tidak membenarkan cara doa oran lain. Sehinggah, sia-sialah doa kita.
Sadarkah kita, bahwa terkadang keyakinan kita juga adalah sesuatu kesia-siaan? Misalkan!
Kita percaya Allah adalah maha baik, maka seharusnya baiklah hati kita sebagi umat-umatnya. Jika tidak, maka sia-sialah kepercayaan kita itu.
Kita juga yakin Allah adalah maha cinta dan kasih, maka rasa cinta kasih seharusnya ada pada diri kita sebagai umat-umatnya. Jika tidak, maka sia-sialah keyakinan kita itu.
Tidak hanya itu, kita juga mengimani Allah adalah maha pengampun, maka seharusnya rasa saling mengampuni ada dalam diri kita sebagai umat-umatnya. Jika tidak! Maka, sia-sialah iman kita itu.
Yang paling dasar dalam iman kita adalah mengimani Allah sebagai pencipta manusia. Maka, rasa kemanusiaan itu seharusnya ada dalam diri kita sebagai umat-umatnya. Jika tidak, sia-sialah juga iman kita itu.
Sudah jelas, "Ketuhanan yang maha Esa" pada sila pertama dalam Panca sila, kita mengimani satu Allah. Maka, rasa persatuan itu seharusnya ada dalam diri kita sebagai anak-anak Ibu Pertiwi. Jika tidak, sia-sialah iman kita itu yang dimuatkan dalam Panca Sila.
Terkadang semuanya adalah sia-sia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H