Kehidupan milenial saat ini tidak terlepas dari internet dan media sosial. Para milenial, khususnya remaja belasan tahun hingga usia pertengahan dua puluhan, menjadikan media sosial sebagai konsumsi sehari-hari. Bahkan tidak jarang mereka seolah tidak bisa lepas dari telepon genggam mereka. Sejak bangun tidur, hal pertama yang dipegang adalah smartphone.Â
Saat makan, tangan kanan menyuap makanan, sementara tangan kiri sibuk scroll laman instagram. Tidak ada alasan yang nyata mengapa milenial ini memilih untuk melihat instagram atau menonton youtube dibandingkan membaca koran, atau tidak melakukan kegiatan lain saat makan.
Kebutuhan milenial akan media sosial ini dapat dilihat dari segi teori komunikasi Uses & Gratification. Para pendukung teori ini menyatakan bahwa kebutuhan manusialah yang mempengaruhi bagaimana seseorang menggunakan & merespon saluran media. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan oleh media terhadap individu, tetapi tertarik bagaimana perilaku individu itu sendiri menggunakan media sebagai alat pemenuh kebutuhan.
Bcaa juga: Sekilas tentang Uses, Gratification and Dependency
Teori ini mengemukakan bahwa yang menjadi latar belakang masalah ditemukannya teori ini, bukanlah bagaimana media merubah perilaku khalayak, tetapi bagakmana media menjadi sarana kebutuhan bagi khalayak memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu pada tahun 1940-1950, munculah teori komunikasi massa yang dikenal dengan Theory Uses & Gratifications ini. Studi dalam bidang memusatkan perhatian pada penggunaan isi media (uses) untuk mendapat kepuasan (gratifications), dengan titik berat pada audiens atau khalayak.Â
Teori ini dapat disimpulkan berkebalikan dengan teori jarum hipodermik, dimana teori tersebut mengemukakan bahwa media sangat aktif dalam audience.  Berbeda dari teori tersebut, teori Uses & gratifications menekankan pihak audiens sebagai pihak yang aktif dalam memilih media mana yang akan digunakannya sebagai alat pemuas kebutuhan.
Pada tahun 1974 teori ini dikemukakan lagi oleh seorang tokoh bernama Herbert Blumer dan Elihu Katz dalam bukunya yang berjudul The Use of Mass Communication : Current Perspectives on Grafitication. Dimana keduanya menyetujui pendapat pakar-pakar komunikasi sebelum mereka dan mengansumsikan bahwa pengguna memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan untuk memuaskan kebutuhan mereka.Â
Baca juga: Tips dalam Memilih Media Massa di Tengah Ancaman Wabah Covid-19
Lebih lanjut menurut Katz dan Gurevitch, ada beberapa asumsi mendasar dari teori ini, yaitu sebagai berikut:Â
- Khalayak dianggap sebagai pihak aktif, dan bukanlah penerima pasif yang hanya bisa mengonsumsi apapun yang media siarkan. Khususnya bagi para pengguna milenial atau generasi Z yang sudah lebih 'melek'dengan teknologi, tidak akan mudah menerima mentah-mentah apapun yang media siarkan.
-Khalayak bebas menyeleksi media dan memilih apa yang mereka sukai. Sebagaimana dikutip McQuail, mood seseorang akan sangat mempengaruhi saat ia memilih media yanb akan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Seseorang yang sedang merasa bosan kemungkinan akan memilih sesuatu yang lebih menarik dan menegangkan. Berbeda dengan orang yang sedang lelah, stress, atau tertekan. Mereka kemungkinan besar akan lebih memilih acara-acara yang santai dan rileks.
Baca juga: Uses and Gratification Theory
-Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhan khalayak. Di tengah perkembangan menuju revolusi industri 4.0, berbagai media terus bermunculan. Khususnya media baru (news media) seperti instagram, youtube, facebook, twitter, dan lain-lain. Hal ini menyebabkan adanya pergeseran dari media-media seperti televisi ke arah media baru. Khususnya untuk para generasi z yang mungkin bahkan lebih akrab dengan menonton youtube dibandingkan menonton televisi. Disinilah media massa harus terus berkembang jika tidak ingin digilas oleh media digital.
Meskipun memiliki banyak kelebihan, teori ini pun masih memiliki kekurangan. Misalnya, teori ini tidak dapat benar-benar menjelaskan mengapa seseorang memilih media atau saluran tertentu. Contoh, ticak ada alasan yang jelas mengapa remaja perempuan lebih suka dengan konten-konten ringan seperti musik, fashion, ataupun serial drama korea dibandingkan konten politik dan sejenisnya.Â
Uses & Gratifications memang  menekankan pemilihan media oleh para penggunanya, tetapi teori ini tidak dapat menerangkan dengan jelas bahwa ada kalanya pemilihan suatu konten terkait dengan ritual, kebiasaan, dan tkdak pernah diseleksi secara langsung. Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan dapat dikatakan tidak sempurna untuk menilai media yang telah digunakan secara ritual (kebiasaan). Namun teori ini tetap tepat untuk menilai hal yang menyangkut pemilihan pribadi saat menggunakan media sebagai alat pemenuhan kebutuhannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI