Pada akhirnya, Dahlia segan untuk membahas kisah percintaannya dalam ruang komunikasi keluarga. Ia bahkan sudah dapat menebak respon apa yang akan dikeluarkan oleh ibunya jika ia membicarakan tentang laki-laki
"(Sebelumnya gak cerita) karena takut responsnya orang tua, 'yaudah lah ngapain cinta-cintaan mah. Fokus dulu kuliah' gitu kan"
Padahal, dirinya hanya berharap cerita dan masalahnya dapat didengarkan. Namun, ekspektasinya terus dipatahkan.Â
"harusnya kalau cerita ya udah dengerin gitu. Kalau bisa ngasih pendapat atau masukannya itu di dalam cerita itu, jangan keluar topik."
Fenomena renggangnya jalinan komunikasi antara orang tua dan anak ini dipandang psikolog Nia Paramita Yusuf sebagai akar permasalahan rentannya anak terjerat dalam KBGO. Menurutnya, orang tua perlu membangun komunikasi yang baik agar anak memiliki keterbukaan pada keluarga dan tidak terjebak dalam pergaulan yang salah.
"Banyak kasus yang terjadi mereka tidak mau bercerita kepada orang tua yakni orang terdekatnya. Hal ini karena anak tidak memiliki trust kepada orang tuanya," ujarnya.
Menurutnya, kepercayaan anak pada orang tua perlu dibangun sedari dini melalui ruang komunikasi yang dua arah. Orang tua perlu mendengarkan keluh kesah dan pendapat anak agar mereka mau mendengarkan masukan dan perintah dari orang tua.
"Hal ini akan menciptakan kedekatan antara anak dan orang tua. Jadi ketika anak mendapat masalah larinya akan ke orang tua bukan ke orang lain," jelas Nia.
Andil yang seimbang antara ayah dan ibu dalam jalinan komunikasi pun harus diperhatikan. Sebab peran ayah dan ibu dalam itu berbeda. Anak perempuan mungkin akan merasa lebih nyaman bercerita dengan ibunya, tetapi ia juga butuh pengajaran dan nasihat dari sudut pandang ayahnya.
"Ibu akan memberikan pengajaran pada anak mengenai kasih sayang, bagaimana mencintai sesama, dan bagaimana mencintai sekitarnya. Sedangkan ayah akan memberikan nilai pengajaran mengenai tanggung jawab," kata Nia.
Namun, nyatanya masih banyak orang tua yang tidak menganggap penting hal ini karena sibuknya pekerjaan dan sedikitnya waktu luang. Jembatan komunikasi pun tidak terbentuk secara baik sehingga anak menggantungkan dirinya pada orang lain. Akibatnya, anak dapat terjerumus dalam jurang kejahatan KBGO yang sedang marak-maraknya di media sosial.