Mohon tunggu...
Yokie S
Yokie S Mohon Tunggu... Freelancer - Adalah seorang Pelacur Spiritual yang merangkap sebagai Penulis Gelap secara fungsional.

Situs alamat saya ini, sejak awal, sudah saya rancang dengan konstruksi tanpa pintu. Jadi Anda, bebas mau keluar, atau mau masuk, atau mau jungkirbalik sekalian. Entah kenapa Admin Kompasiana yang cantik itu mengizinkan saya meluncurkan tulisan-tulisan tidak beres saya di sini. Saya kira sudah cukuplah semua basa-basi penghantar ini ya? Saya bukan ahli silaturahmi soalnya.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ancaman Peradaban Dalam Kacamata Jared Diamond

4 November 2019   17:51 Diperbarui: 4 November 2019   21:18 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

5. Tanggapan masyarakat terhadap lingkungan.

Bercermin dari lima hal yang telah disebutkan di atas, meski sedikit melenceng, saya ingin memetakan kondisi yang sedang terjadi di Indonesia. Sebuah kondisi yang sering luput dari pengamatan dan tidak menjadi topik-topik yang hangat diperbincangkan di sosial media.

Topik yang sering kali tenggelam oleh hal-hal receh yang acap kali dilempar oleh badut politik, hingga kita abai terhadap sesuatu yang sesungguhnya menjadi ancaman buat masa depan anak cucu kita.

1. Kerusakan Lingkungan.
Indonesia kini termasuk dalam sepuluh besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Dan saat saya googling,  menurut data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,  bahwa Indonesia memproduksi sampah hingga enam puluh juta ton pada tahun 2016. Dan rata-rata mengalami kenaikan volume kurang lebih satu juta ton tiap tahunnya.

Dengan dominasi sampah organic 60% dan sampah plastik 15%. Keberadaan sampah ini turut andil dalam merusak ekosistem laut dan menyebabkan erosi pantai. Kerusakan hutan juga berperan atas  kerusakan lingkungan. Pembalakan liar menjadi penyebab utama dari berkurangnya lahan hutan.

Eksploitasi kekayaan alam yang berlebihan yang memberi kontribusi terhadap rusaknya lingkungan. Eksploitasi alam terjadi karena kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Dimasa modern seperti saat ini kebutuhan manusia akan sumber daya alam sangatlah tinggi.

Padahal tanpa mereka sadari eksploitasi yang mereka lakukan itu telah merusak lingkungan tempat mereka hidup sendiri. Salah satu faktor yang mendorong eksploitasi ini terjadi adalah kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Selain itu faktor ekonomi sangatlah berpengaruh penting dalam usaha eksploitasi alam ini.

2. Perubahan Iklim.
Kemarau yang panjang berdampak pada kekurangan pasokan air di wilayah pertanian, akibatnya gagal panen, perubahan masa tanam dan masa panen,  munculnya hama dan wabah penyakit. Pemanasan Global, adalah proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfir,  laut dan permukaan bumi. Dampaknya, rusaknya ekosistem makhluk hidup serta tenggelamnya pulau-pulau kecil karena naiknya permukaan air laut. Akibat mencairnya lapisan es di kutub.

3. Pengaruh Peradaban Musuh.
Ini lebih disebabkan ekspansi dari negara lain. Peperangan bisa menjadi penyebab runtuhnya sebuah peradaban. Bisa jadi Indonesi sudah menjadi bangsa merdeka sejak 1945, tetapi setidaknya cara ekonomi sudahkah bisa disebut sebagai negara merdeka, sedang nilai impor masih lebih besar dibanding nilai ekspor.

4-5. Capek ngetik Yokie S. Sudah yaa? Hutangku lunas soal buku ini.

Suka atau tidak, runtuhnya peradaban tidak bisa kita hindari. Sejarah menunjukkan kemungkinan itu, tetapi setidaknya kita punya keuntungan karena kita bisa belajar dari puing-puing masyarakat masa lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun