Pada hakekatnya, hampir semua peradaban di masa lalu telah menghadapi nasib seperti ini. Beberapa pulih atau berubah, seperti Cina dan Mesir. Keruntuhan lainnya permanen, seperti di Pulau Paskah.
Kadang-kadang kota-kota di pusat keruntuhan dihidupkan kembali, seperti, Roma. Dalam kasus lain, misalnya reruntuhan Maya, ditinggalkan sebagai kuburan, bagi wisatawan masa depan.
Masyarakat di masa lalu dan sekarang hanyalah sistem rumit yang terdiri dari manusia dan teknologi. Teori "Kecelakaan normal", menjelaskan bahwa sistem teknologi yang rumit bisa secara reguler membuka jalan menuju kegagalan. Jadi keruntuhan mungkin merupakan fenomena normal bagi peradaban, terlepas dari ukuran dan tahapannya.
Sekarang kita mungkin lebih maju secara teknologi. Tapi itu bukan alasan untuk percaya bahwa kita kebal dari ancaman yang melemahkan leluhur kita. Kemampuan teknologi kita yang baru ini bahkan membawa tantangan baru yang belum pernah ada sebelumnya. Dan meskipun skala kita sekarang bersifat global, keruntuhan bisa terjadi pada kekaisaran besar maupun kerajaan yang masih muda.
Tidak ada alasan untuk percaya bahwa ukuran yang lebih besar berarti makin terlindung dari bubarnya masyarakat. Sistem ekonomi global kita yang berkelindan, justru kemungkinan besar dapat membuat krisis meluas.
Jika nasib peradaban sebelumnya bisa menjadi penunjuk jalan menuju masa depan kita, apa yang tertulis di sana? Salah satu metode adalah memeriksa tren yang mendahului runtuhnya sejarah dan melihat bagaimana perkembangannya saat ini.
Menurut Jared Diamond ada lima faktor yang mempengaruhi runtuhnya sebuah peradaban :
1. Kerusakan Lingkungan.
2. Perubahan Iklim.
3. Pengaruh peradaban musuh.
4. Pengaruh peradaban sahabat.