Kerika ditanya siapa yang paling banyak memberi energi positif? Tentu saja mama, beliau adalah ibu paling hebat karena berhasil mendidik dan membesarkan kelima anak dengan baik apalagi setelah papa meninggal. Nilai-nilai kehidupan yang beliau tanamkan masih melekat erat di hati kami, anak-anaknya.
Setelah mama meninggal di tahun 2002 dan kemudian saya menjadi anak rantau, saya menemukan bahwa teman-teman lah yang menjadi pemberi energi terbesar. Bisa jadi energi positif, bisa juga energi negatif, tergantung pada dengan siapa saya berteman.Â
Pengaruh baik dan buruk membuat saya belajar untuk memilih teman. Saya tidak membatasi diri untuk berteman dengan siapa saja, tetapi saya selektif memilih teman dekat, teman yang bisa memberi energi positif, bisa diajak bertukar pikiran dan jadi teman curhat.
Pertama kali saya bekerja di luar kota Jogja, kota kelahiran saya, adalah di Magelang. Selama hampir 5 tahun saya merasakan pertama kali jadi anak kos, belajar mengurus hidup saya sendiri. Ibu kos menjadi ibu kami ketika anak-anak kos sakit atau mengalami kesulitan.Â
Teman-teman kos jadi teman makan dan curhat. Kemudian saya pindah ke Batam, Riau. Di sana saya merasa sendirian, tidak ada teman atau kerabat. Kehidupan sosial saya hanya dengan rekan-rekan kerja.Â
Tidak menemukan teman dekat membuat saya merasa ada yang hilang dalam hidup ini. Â Hanya bertahan 1,5 tahun saya memutuskan kembali ke Jawa. Sempat pindah tugas di Jakarta selama 6 bulan, lagi-lagi saya tidak menemukan teman dekat yang pas.
Tahun 2012 saya mendapat pekerjaan di Surabaya. Untung punya kenalan yang tinggal di sana, namanya Lili. Dia adalah teman kakak saya dan pernah beberapa kali bertemu di rumah kakak saya. Lili kontrak rumah bersama dengan 2 teman lain, Ivon dan pak Hadi. Â
Masih ada 1 kamar kosong di kontrakan dan akhirnya saya pun bergabung di rumah itu. Pak Hadi, Lili dan Ivon adalah dosen di universitas yang sama. Akhirnya saya menemukan teman-teman baik yang baru.Â
Saya senang karena ada teman ngobrol sepulang kerja. Kalau lagi capek atau bete, ngobrol dengan Lili dan Ivon membuat saya merasa lebih baik. Urusan rumah kami bagi tugas dengan baik. Lili membersihkan kamar mandi, Ivon bagian dapur, saya menyapu dan mengepel dan Pak Hadi mengurus jika terjadi kerusakan rumah dan jadi mandor kalau ada tukang.Â
Lili juga bendahara rumah tangga, dia membayar semua pengeluaran bulanan seperti listrik, air, dll, kemudian menghitung berapa tagihan kami masing-masing. Lili juga pendengar yang baik dan penasehat keuangan buat Ivon dan saya.Â
Dari dia, kami belajar tips mengelola keuangan. Saya sering mampir ke kamarnya untuk sekedar mengobrol atau nonton TV. Dia seorang yang cukup cuek dan santai menjalani hidup. Lili jadi pemberi energi positif.Â
Ivon adalah teman yang selalu ceria. Kalau lagi sedih atau bete, paling menyenangkan mengajak Ivon makan bareng atau sekedar ngobrol. Â Ivon adalah pemberi energi ceria.Â
Pak Hadi  yang paling senior di antara kami, seorang dosen, antropolog senior, pencinta seni dan fotografi. Di usia 80 tahun beliau masih sangat sehat, aktif dan mandiri. Beliau juga suka nonton berita di TV, belanja ke pasar tradisional dan anti pergi ke mall.Â
Pak Hadi paling suka ngobrol tentang politik dan sosial budaya. Saya kadang juga bertanya tentang kehidupan jaman dulu, jaman saya belum lahir. Pak Hadi adalah pemberi energi keingintahuan karena wawasan yang luas.
Tanpa disadari kami pun menjadi keluarga dan saling memberikan energi baik satu sama lain. Suatu hari Lili bercerita tentang benjolan di payudara, setelah dicek ke dokter ternyata itu kanker.Â
Dalam hitungan hari, Lili harus memfokuskan diri pada kesehatannya, dia yang hampir tidak pernah sakit berat tiba-tiba kena kanker payudara. Dia pun harus menjalani operasi pengangkatan payudara dan kemoterapi.Â
Bersyukur Lili dikelilingi teman-teman baik yang memberikan bantuan dan semangat sehingga akhirnya dia bisa melewati masa-masa sulit dan pulih. Kami, saudara-saudara serumah, mendukung dan melakukan apa yang bisa untuk membantu Lili, walaupun hanya sekedar mencarikan makanan yang diinginkan atau mengantar ke rumah sakit untuk kemoterapi.Â
Ketika pak Hadi terserang stroke, kami yang mengantar ke rumah sakit, dan kemudian mencarikan suster yang bisa membantu merawat beliau di rumah. Kami yang membantu memberi semangat kepada beliau.Â
Lili, Ivon, rekan dosen dan mahasiswa menggalang dana untuk membantu biaya perawatan dan rumah sakit selama pak Hadi sakit. Demikianlah kami saling membantu sampai pada suatu saat rumah tempat kami tinggal tidak bisa diperpanjang lagi kontraknya dan kami berpisah. Namun demikian, energi yang pernah dibagikan masih saya rasakan sampai sekarang.
Di kelilingi teman-teman baik memberikan energi yang baik. Seorang teman pernah berkomentar, "Teman-temanmu baik-baik ya." Ketika jauh dari keluarga, teman-teman yang menjadi keluarga di perantauan. Menjadi teman yang baik dan dikelilingi teman baik membuat hidup penuh dengan energi yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H