Mohon tunggu...
Yohanes Prayogo
Yohanes Prayogo Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Warga negara Indonesia yang ingin terus menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menyemai Toleransi di Taman Mini

31 Maret 2015   11:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:45 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Data-data tersebut menyajikan dinamika kehidupan umat beragama di Indonesia yang masih diwarnai dengan kasus-kasus intoleransi. Hal ini juga menunjukkan, masih banyak warga negeri ini yang belum dimampukan menerima “yang lain” sebagai satu saudara sebangsa.

[caption id="attachment_375856" align="aligncenter" width="300" caption="Mari belajar kebhinekaan di Taman Mini. (foto: y.prayogo)"]

1427774559687387751
1427774559687387751
[/caption]

Taman keberagaman
Di sinilah peran penting Taman Mini Indonesia Indah sebagai wahana tempat pembelajaran bagi warga bangsa ini. Taman Mini bukan saja menjadi tempat wisata dan hiburan, tapi ia menjadi sarana belajar tentang hidup berdampingan secara damai dengan “yang lain”. Maka, ia pun disebut sebagai taman. Taman yang menyediakan diri bagi aneka tanaman dan beragam bunga untuk tumbuh berdampingan, tanpa saling mengganggu.

Di taman itu ada Masjid Diponegoro yang dibangun pada 1973. Masjid berkubah keemasan ini diresmikan Presiden Soeharto. Di samping masjid, tumbuh Gereja Santa Chatarina. Tempat ibadah umat Katolik ini dibangun bersamaan dengan Masjid Diponegoro. Bangunan seluas 2860 meter persegi ini pernah disinggahi pemimpin tertinggi umat Katolik sejagat, Paus Yohanes Paulus II.

Di taman yang sama, berdiri Gereja Haleluya. Gereja yang dihiasi menara lonceng dengan puncak simbol ayam jantan ini menjadi tempat ibadah jemaat GPIB dan jemaat Advent. Tak jauh dari Gereja Haleluya, berdiri Pura Hindu Dharma, tempat sembayang umat Hindu. Sementara, di samping Pura Hindu Dharma terdapat Wihara Arya Dwipa Arama, tempat berdoa umat Buddha. Tempat ibadah yang terakhir kali dibangun di taman ini adalah Klenteng Kong Miao. Tempat ibadah umat Konghucu ini mulai dibangun pada 2009.

[caption id="attachment_375857" align="aligncenter" width="300" caption="(foto:y.prayogo)"]

1427774650999265075
1427774650999265075
[/caption]

Ya, taman ini menjadi indah. Aneka bunga bermekaran. Tak ada peristiwa pelanggaran kebebasan beragama di taman ini. Taman ini menjadi taman keberagaman. Setiap perbedaan dihargai dan dijunjung tinggi. Perbedaan justru menjadi senjata utama untuk semakin bersatu, bukan untuk bercerai-berai.

Datanglah ke taman ini! Taman ini memang kecil, maka ia disebut mini. Di taman ini ada berwarna-warni perbedaan, maka ia disebut indah. Dan, taman ini menghadirkan kebhinekaan negeri ini, maka ia disebut Indonesia. Marilah mereguk dan menyemai keindahan hidup bersama dalam perbedaan di taman yang mini, yang indah, dan yang Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun