Mohon tunggu...
Vidya Mardalena
Vidya Mardalena Mohon Tunggu... -

Calon pemenang UN dan SNMPTN produksi kelas IPA 2013

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Halo, Sekolah!

14 September 2012   07:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:29 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiffany, aku kasihan dengan gadis cantik yang cerdas dan berwawasan luas itu. Dia adalah seorang gadis yang mempunyai cita-cita serta tujuan yang lebih jelas dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Impian terbesarnya adalah menjadi pemimpin negeri ini. Ya, seorang presiden! Bisa dibayangkan berapa banyak remaja yang ingin bercita-cita untuk menjadi presiden?

Dia sering bercerita kepadaku tentang apa yang ingin dia capai di masa mendatang. Bahkan, sampai aku hafal dan bosan mendengar celotehannya. Dia ingin masuk FISIP di sebuah PTN ternama dan ingin lulus dengan predikat cumlaude. Kemudian dia juga mengincar beasiswa di universitas luar negeri untuk menambah ilmunya. Dia juga telah mempunyai visi dan misi untuk mengembalikan Indonesia ke masa kejayaan Majapahit. Wah, pokoknya dia benar-benar tahu tujuannya. Dan itu ketika aku dan dia baru masuk SMA.

Ceritanya lain. Tiffany itu sekarang telah pergi. Sosoknya yang berkobar kini telah padam. Konon, api itu dipadamkan oleh egoisme orang tua yang berpandangan lain soal pendidikannya.

Pagi itu, aku resmi menjadi murid kelas 11 IPA 3. Yang mengejutkan, ternyata aku kembali lagi sekelas dengan Tiffany. Saat itulah aku melihat wajah Tiffany yang murung.

"Kupikir aku akan segera berpisah dengan ilmu pasti yang kasat mata ..." kalimat pertama yang keluar dari bibirnya.

"Emma, aku bertanya, apakah anak-anak IPS itu orang-orang buangan?"

Aku menggeleng setengah takut. Aku membiarkan Tiffany melanjutkan kata-katanya.

"Apakah profesi di dunia ini hanya DOKTER??"

Aku tidak berani bergerak.

"Pada dasarnya semua ilmu itu saling melengkapi. Ya, kan? Semua ilmu itu berguna, tergantung bagaimana kita menggunakannya dan bagaimana ikhlasnya kita mempelajari ilmu tersebut. Sains memang membantu kita dalam teknologi. Apabila tidak diimbangi dengan sosialisasi, maka Sains pun tidak akan berkembang. Dalam sosialisasi itu tadi juga diperlukan komunikasi verbal, bahasa. Dan terakhir, perkembangan seluruh ilmu pengetahuan itu tidak akan terjadi tanpa kuasa Tuhan, agama,"

Pembicaraan mulai berat. Tiffany menjadi pusat perhatian warga kelas baru ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun