Mohon tunggu...
Yoga Mahardhika
Yoga Mahardhika Mohon Tunggu... Konsultan - Akademisi, Budayawan & Pengamat Sosial

Pembelajar yang ingin terus memperbarui wawasan, mempertajam gagasan, memperkaya pengalaman dan memperbesar manfaat untuk sesama.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Percepat 6 Industri Prioritas, Indonesia Melesat di Tengah Pelambatan Global

7 Februari 2020   17:57 Diperbarui: 7 Februari 2020   18:08 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: suaranusantara.com

Sebagai makhluk ekonomi, kita tak pernah lepas dari kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi. Persoalannya kita terus dididik menjadi konsumen, tanpa kesempatan memadai untuk menjadi produsen. Sejak lahir, mungkin orang tua kita membeli pakaian bayi buatan China. Saat remaja kita memakai kendaraan produk Jepang, membeli pakaian bermerk dari Amerika.Tiap hari kita makan masakan yang diolah dengan garam dari Australia. Ketika menua dan sakit-sakitan, kita mengonsumsi produk farmasi dari Eropa. Dengan siklus seperti itu, kita menjadi bangsa konsumen yang tergantung pada produk-produk negara lain tanpa pernah memproduksi sendiri.

Tapi tak perlu sedih, karena sebentar lagi Indonesia akan berubah menjadi negara Industri. Kita tak akan lagi bergantung pada produk-produk impor, karena berbagai kebutuhan akan diproduksi di dalam negeri. Bahkan, kita juga bisa menyediakan barang-barang yang dibutuhkan negara lain. Semua ini tak lepas dari terobosan-terobosan Presiden Jokowi yang sangat serius mengawal transformasi ekonomi Indonesia melalui hilirisasi industri substitusi impor. Artinya, pemerintah Indonesia tengah menyediakan berbagai produk yang selama ini diimpor, agar bisa diproduksi di dalam negeri.

Dalam rapat terbatas (Ratas) Hilirisasi Produk Industri Unggulan (06/02/2020), setidaknya ada 6 industri prioritas yang realisasinya tengah dipercepat oleh pemerintah, di mana tiga di antaranya merupakan produk super prioritas.

1. Bahan Bakar Nabati

Produk super prioritas pertama, yaitu bahan bakar nabati dari minyak inti kelapa sawit yang bisa diolah menjadi bensin, diesel dan aftur. Minyak nabati ini secara signifikan akan mengurangi ketergantungan kita terhadap bahan bakar fosil yang selama ini diimpor sebanyak 800 ribu barel setiap hari. Adapun produksi minyak nabati dari kelapa sawit tersebut diolah dengan beberapa katalisator, yang 7 jenisnya sudah bisa diproduksi di dalam negeri. Industri katalisator itu dilakukan di dua kabupaten, yaitu Musi Banyuasin, Sumsel dan Pelalawan, Riau. Industri ini sekaligus menjadi pintu masuk Indonesia menuju negara berkedaulatan energi.

2. Industri Kesehatan

Setidaknya ada tiga produk industri super prioritas di bidang kesehatan. Pertama yaitu pengobatan tulang dengan stem cell yang sudah mulai dipraktikkan atas kerjasama RSCM, Fakultas kedokteran UI dan PT Kimia Farma. Produk ini terbukti mampu menyembuhkan cidera tulang total menjadi normal kembali seperti sedia kala. Kedua, yaitu produk stem cell anti aging diproduksi dalam bentuk krim. Ketiga, obat modern asli Indonesia yang diproduksi dengan bahan-bahan herbal dalam negeri menggantikan zat kimia yang selama ini diperoleh melalui impor.

3. Teknologi Pertahanan

Di bidang pertahanan, satu produk super prioritas yang sudah ditetapkan oleh presiden, yaitu industri drone Puna Male Elang Hitam. Pesawat tanpa awak ini sudah berhasil diproduksi di dalam negeri sejak 2015, melalui kerjasama Kementerian Pertahanan bekerjasama dengan TNI, BPPT, ITB, dan PT Dirgantara Indonesia. Tahun 2022, drone buatan anak negeri ini akan mulai diproduksi secara massal, dan beroperasi untuk patroli kawasan Natuna. Kemampuan terbangnya yang mencapai durasi 30 jam, membuatnya jadi pesawat tanpa awak yang efektif untuk mengemban fungsi keamanan dan melakukan pengintaian dari udara.

4. Garam Industri

Di luar industri Super Prioritas, pemerintah juga mempercepat produksi Garam Industri Terintegrasi. Industi ini sudah beroperasi di Gresik, dan Presiden tengah mengarahkan pembangunan pabrik serupa di daerah lain. Mesin produksi garam industri ini berhasil diadakan di dalam negeri, yang berfungsi meningkatkan kadar NaCl garam hasil petani menjadi produk yang sesuai standar internasional. Dengan begitu, Indonesia bisa mencukupi kebutuhan garam sendiri, dan para petani garam pun semakin sejahtera, karena produknya terintegrasi dengan industri nasional.

5. Makanan Kaleng

Tak kalah menggembirakan, LIPI juga menemukan teknologi pengawet makanan kaleng tanpa bahan kimia, yang membuat produk UMKM bisa bertahan selama 1-2 tahun. Teknologi ini juga mampu mengawetkan beragam jenis makanan-minuman dalam satu kemasan. Jadi, produk UMKM seperti gudeg yang terdiri dari berbagai bahan (nangka, telur, daging, dll) bisa dikemas sebagai makanan instan untuk dipasarkan ke dalam negeri maupun luar negeri. Untuk ini, LIPI sudah mendata 400 makanan lokal untuk industri pengalengan, dan 50 di antaranya sudah memiliki prototype.

6. Perikanan

Prioritas terakhir ini cukup menggembirakan bagi nelayan, karena Indonesia berhasil memproduksi kapal Plat Datar yang memiliki sejumlah keunggulan dibanding kapal fiber yang umum digunakan nelayan. Pertama, produksi kapal Plat Datar lebih cepat. Jika kapal fiber membutuhkan 100 hari produksi, kapal Plat Datar hanya membutuhkan 60 hari. Selain itu, bahan bakunya lebih murah dan produknya teruji melawan gelombang tinggi perairan Indonesia. Kapal ini tak hanya sesuai untuk para nelayan, tapi juga untuk alat transportasi antar pulau.

Dengan enam percepatan industri prioritas tersebut, tak lama lagi Indonesia akan setara dengan negara-negara industri maju. Jika sekarang kita membeli produk elektronik dari Jepang atau China, ke depan mereka akan membeli drone atau kapal dari Indonesia. Uni Eropa, mungkin akan membeli bahan bakar nabati dari Indonesia, Amerika akan membeli alat kesehatan dari Indonesia, dan seterusnya. Tampaknya, Jokowi sangat jeli melihat peluang di tengah percaturan global. Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara, berpenduduk muslim terbesar di dunia, dengan populasi keempat terbesar di dunia. Dan saat ini, dunia didera ketidakpastian akibat perang dagang yang bergulir dari kubu Amerika dan China.

Seluruh negara besar di belahan utara yang selama ini sangat berkuasa, satu per satu surut, mengalami pelambatan berkepanjangan. Sebaliknya, negara-negara Asia makin berpengaruh dalam perekonomian dunia. Dalam kondisi inilah, Indonesia di bawah kemudi Jokowi terus mengakumulasi kepercayaan negara-negara dunia. Dan dampak dari kepercayaan global itu, Indonesia mulai berubah menjadi negara industri yang siap menjadi salah satu kekuatan dunia. Apalagi, China sebagai epicentrum dunia juga mulai melambat. Maka tak perlu ragu lagi, sekaranglah saat bagi Indonesia untuk menjadi kekuatan baru yang di pentas dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun