5T
Sebenarnya ini impian omsetku untuk perusahaanku. Bukan masalahku. Ini tujuan. Ini tantangan. Tapi ini bukan masalah. Akan jadi masalah kalau dalam usaha mencapai impian ini aku menghalalkan segala cara. Faktanya tidak begitu.
...
Ya, aku pernah dikhianati orang-orang yang aku besarkan. Dari produk atau jasanya tidak laku, lalu kita bekerjasama; lalu hidupnya menghebat, berpenghasilan besar. Kemudian dia mengkhianati akad perjanjian aku dan dia. Ya itu masalah dia, bukan masalahku. (Ini kita bahas ranah akad kerjasama dan akad moral tak tertulis ya, bukan ranah: “Yang membesarkan dia adalah Allah SWT, bukan Anda; makanya dia berhak melanggar akad; eh :p”)
Ya banyak mantan muridku yang datang kalau pas bisnisnya lagi jatuh saja. Waktu berjaya tak berkabar. Aku tak minta apa-apa se. Cuma unik saja jika hanya didatangi saat butuh konsultasi saja. Aku yang salah, lupa mengajari etika-adab mungkin. Aku sendiri juga kurang punya. Apa yang bisa aku ajarkan di tema itu? Hahaha.
Iya kemudian dengan pengkhianatan itu aku sempat kesulitan membayar biaya persalinan anakku. Tapi itu bukan masalah bagiku. Itu masalahnya rumah sakit tempat istriku melahirkan jika kami kesulitan membayar. Hahahaha.
Lalu bagaimana dengan orang yang berkhianat itu? Seumur hidup tercatat dia hidup dan menafkahi keluarganya dengan uang haram. Entah bagaimana mempertanggungjawabkannya. Kasihan. Dan tampaknya dia dan keluarganya yang akan bermasalah. Bukan aku.
Aku pernah berurusan dengan orang yang sedemikian membenci hidupku. Oke. Lalu masalahnya dimana? Dia yang menanggung beban itu. Dia yang membangun fitnah itu dan tentu hanya perihal waktu bagi dia untuk menanggung resiko atau karmanya. Lalu masalahnya dimana bagiku?
Atau ada orang yang mencuri barang-barangku. Masalahnya dimana? Dia hidup dengan barang curian, aku tinggal minta pengganti lebih baik dengan Rabbku.
Ya seseorang dalam keluargaku ada berkarakter khusus sehingga membuat beberapa anggota keluarga kami harus ekstra sabar saat berhubungan atau berinteraksi dengan dia. Lalu masalahnya dimana? Yang menanggung sikap dan sifat tersebut bukan aku. Yang kelelahan dengan sifat tersebut bukan aku. Yang hidupnya selalu menyimpan marah dendam dan pikiran-pikiran melelahkan bukan aku. Tentu dia yang hidup dengan karakter khususnya itu.
Lalu masalahnya dimana bagiku?