Mohon tunggu...
Yohanes Vincentius Krissanto
Yohanes Vincentius Krissanto Mohon Tunggu... Lainnya - murid

serteh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

The End

23 Maret 2024   10:02 Diperbarui: 23 Maret 2024   10:05 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bawa dia dan istrinya, lalu bakar rumahnya! Kita jalankan rencana kita tanpa buku itu dan lainnya."

Sesudah pasukan itu pergi, Ignis pergi ke rumahnya yang sedang terbakar itu. Malangnya anak itu, menyaksikan kematian orang tuanya dengan tragis dan juga kehilangan rumahnya. Sekarang, anak itu harus bertumbuh sendirian dan dengan kekuatannya sendiri, juga dengan trauma kejadian ini.

----------------------------------------------------------------------------------------------------

        

1702, 15 tahun kemudian. Cuaca hari ini terasa sangat dingin, sampai-sampai sungai di depan rumah membeku. Aku yakin aku pasti sudah mati membeku kalau bukan karena api unggun sisa tadi malam. Hari ini aku sudah memutuskan untuk mengecek rumahku yang dulu itu dan mencari tahu lebih dalam tentang kejadian itu. "Kali ini aku harus bisa!" Sudah beberapa kali aku merencanakannya, tapi aku selalu kalah dengan traumaku. Tapi hari ini berbeda, tekadku sudah bulat. Badai salju sudah mereda, dan sekarang adalah saat yang paling tepat untuk menjalankan rencanaku. Aku keluar rumah dan memantapkan langkah menuju ke tempat kejadian, rumahku yang dulu  itu, yang sekarang sudah tinggal setengah. Saat aku meneliti ulang, aku melihat banyak sisa-sisa goresan pada kayu, menggambarkan pertarungan yang hebat. Aku menggeledah seisi rumah, termasuk kamar-kamar, berusaha mencari-cari petunjuk. Sampai saat aku tiba di kamar ibuku, aku mengecek dan melihat-lihat sejenak, sampai saat aku melihat tonjolan kecil di balik salju di lantai. Aku berusaha mengambilnya, tapi tidak bisa, benda itu membeku dan menempel dengan tanah. Lalu aku menyalakan obor ku dan ku cairkan es pada benda itu perlahan-lahan agar benda itu tidak ikut terbakar. Setelah mencari, barulah benda itu terlihat dengan jelas, dan itu adalah gagang pintu yang mengarah ke bawah. Sepertinya saat prajurit-prajurit 5 tahun lalu itu menggeledah rumah, mereka sepertinya tidak melihat ini, jadi kupikir ini dulunya ada lemari besar ibu di atasnya, sehingga tidak terlihat. 

Aku masuk ke sana dengan sangat hati-hati, karena tangganya sudah rapuh dan berdenyit. Hanya ada satu ruangan di bawah sana, dan sebuah buku besar di atas sebuah meja yang besar juga di tengah ruangan. Aku membuka buku itu dan membacanya dengan seksama.

----------------------------------------------------------------------------------------------------                                          

Oke, jadi, inti dari buku yang barusan kubaca itu adalah bahwa ayahku bernama Metus dan ibuku bernama Tribus. Ada 8 kerajaan utama di dunia ini, tapi yang terkuat adalah Kerajaan Agung Irae di utara, dan Kerajaan Agung Castra di timur. Kerajaan Castra dipimpin langsung oleh seorang raja bernama Metus, ayahku, sedangkan Irae dipimpin langsung oleh seorang raja bernama Meridies.

Di buku ini tertulis bahwa Meridies dan Metus adalah kakak-adik. Meridies 4 tahun lebih tua dari Metus, dan sudah menguasai wilayah Utara sejak tahun 1634, dan membangun kerajaan yang diberi nama Irae. Sedangkan Metus menguasai wilayah Timur pada tahun 1645, 9 tahun setelah Meridies membangun kerajaan nya, lalu Metus membangun kerajaan di Timur yang diberi nama Castra. Hubungan mereka bisa dibilang sangat baik. Mereka sering mengadakan event persahabatan, perdagangan, pertukaran prajurit, senjata, material, pangan, sandang, dan lain-lain. Semuanya berjalan baik sampai pada tahun 1666, situasi menjadi sangat kacau. Cuaca berubah dengan sangat drastic hingga membekukan sungai-sungai dan danau, yang menyebabkan krisis pangan, dan berlanjut ke krisis ekonomi. Hal-hal it uterus berlangsung selama beberapa minggu yang membuat hewan-hewan buas mulai menyerang desa dan kota, karena makanan mereka juga kian menipis.

3 Bulan kemudian, Castra sudah tidak tahan lagi dengan situasi ini. Metus Pun memutuskan untuk mencari tahu kondisi di Irae dan mengutus tangan kanannya yang terpercaya untuk menjalankan misi itu. Tangan kanan raja itu bernama Antiquus. Ia berangkat menggunakan kudanya menuju ke utara untuk menjalankan misinya. 

7 Bulan telah berlalu, sudah hampir satu tahun sejak Irae dan Castra dilanda kejadian ini, dan Antiquus belum juga kembali. 3 minggu kemudian, Castra tiba-tiba diserang oleh puluhan pasukan berkuda. Serangan ini sangat mengejutkan seisi kerajaan karena terjadi di saat-saat krisis seperti ini. Metus langsung mengirim pasukan-pasukan elit kerajaan untuk mengurus serangan mendadak ini. Metus Pun duduk-duduk di kursi ruang kerjanya, sedang memikirkan cara mengatasi situasi yang kian memburuk ini. Saat itu, Metus tertidur di kursi kerjanya karena sudah sangat kelelahan. Saat ia bangun, ia mendengar suara pertarungan dari depan istana. Ia Pun langsung mengeceknya melalui jendela di belakang kursi kerjanya itu. Seketika Metus menjadi pucat dan ketakutan, ia melihat bahwa pemimpin dari pasukan penyerang itu adalah tangan kanannya yang terpercaya, Antiquus, dan yang membuatnya menjadi lebih buruk lagi adalah fakta bahwa Antiquus menggunakan sihir. Ia tak pernah mengira bahwa orang yang paling dipercayainya itu justru mengkhianatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun