Semesta menjemput sang Surya mengantarkannya pada tempat peristirahatan .
  Ditemani sang senja yang perlahan memudar menyambut purnama dengan eloknya yang rupawan,Kembali kuntermenung disudut tenda yang tertutup,terbayang  parasmu yang rupawan, pada elokmu yang indah.
Memang benar kata Kata orang ,kecantikan fisik adalah hal terbaik memanjakan mata.Â
Tapi apakah itu mampu membuat ku menetap?Â
belum tentu!
  Karna bagiku kecantikan fisik memang mampu membuat ku menatap, tapi kecantikan hatilah yang akan membuat ku menetap.
Kau terus merdiam di hatiku, tapi bagimu ku cuma seongok kenang yang tak pantas untuk di kenang .
     awalnya kukira kutelah menemukan tempat terbaik untuk mengistirahatkan raga yang lelah ini ,raga yang lelah dihempas nestapa.
  Tapi rupanya aku salah , karna bagiku kau seperti tenda, tempat persinggahan takala diriku sedang berpetualang, yang cuma hadir sesaat dan kemudian hilang terbungkus kenangan.
   Kini kusadari kau cuma kenangan, yang muncul takalah hati sedang gunda.
Kenangan yang mengatarkanku pada keterpurukan semata, terpuruk akibat rasa yang belum hilang.
Ingin sekali ku menyuruh semeste untuk mencuri rasa ini dariku, membawanya jauh sehingga tak dapat lagi ku mengingatnya, tapi ku tak mampu, karna bagiku mengenang mu adalah duka terbaik dalam perjalanan cintaku.
 Biarlah di  ujung senja ini ku iklaskan rasa ini terbenam bersama sang Surya.
   Â
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H