Oleh: Yohanes Manhitu
Wahai malam yang melangkah!
Ingin kubagi kisah bersamamu.
Kisah tentang keping kejujuran
yang telah tewas dilintas dusta.
Jiwanya pun telah hancur lebur
digilas roda-roda kemunafikan.
Semalam gerahamku terasa sakit
bukan karena ulah tulang ayam,
tapi karena coba tahan amarah
yang menyusup sampai ke gusi.
Mengapa tetap kupuja kejujuran
walau ia laksana bayang-bayang?
Hari-hari gelap tak ingin kupeluk;
saat-saat remang tak sudi kutulis,
karena tak ingin kujadi juru kunci
bagi sebuah masa tak pernah jujur.
Kini kutebar jalaku lebih ke dalam
agar kejujuran jujur yang kudapat.
Yogyakarta, 22 April 2004
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H