Mohon tunggu...
Yohanes Kosgoro
Yohanes Kosgoro Mohon Tunggu... Tutor - Tutor

Dunia cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia di dunia ini tapi tidak cukup memenuhi keinginan manusia serakah (Mahatma Gandhi)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mitologi Penciptaan dalam Budaya Batak Toba

17 Oktober 2024   10:07 Diperbarui: 17 Oktober 2024   10:43 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan demikian, Mulajadi Nabolon merupakan Allah pencipta segala sesuatu, termasuk para dewa sendiri yang berdiam di puncak kayangan dan kepadanya dikenakan sifat immortalitas dan kemahakuasaan. Kitab Kejadian melukiskan beragam konsep Allah sesuai dengan dua tradisi yakni tradisi Priester dan tradisi Yahwis tentang kisah penciptaan. Orang Yahudi memberi konsep Allah dengan nama Elohim (P) dan YHWH (Y) yang selalu diucapkan dengan Adonay. Katekismus Gereja Katolik menjelaskan bahwa Allah dalam mencipta segala sesuatu tidak membutuhkan sesuatu yang sudah ada lebih dahulu dan tidak membutuhkan bantuan apapun. Allah mencipta dengan bebas dari 'ketidakadaan'(creatio ex nihilo). Karya penciptaan ini diungkapkan dengan kata Ibrani bara yang hanya dipakai sehubungan dengan apa yang dikerjakan Allah untuk membedakan karya Allah dengan karya "penciptaan" manusia. Dengan demikian, konsep Allah dalam budaya Batak Toba dan konsep Allah dalam kitab kejadian memiliki kemiripan dalam hal mencipta dari ketiadaan. 

Konsep Dosa Dalam Mitologi Budaya Batak Toba 

Konsep tentang dosa tidak tampak di dalamnya. Manusia dilahirkan lewat seorang dewi yang bernama Siboru Deakparujar, dan bumi yang menjadi tempat tinggal manusia adalah hasil "ciptaan" dari dewi tersebut. Namun, setelah kedua insan pertama itu mempunyai keturunan hingga beberapa generasi, mereka mulai tidak menepati dan mengamalkan pesan dari Mulajadi Nabolon. Puncaknya, pada masa itu manusia mengalami krisis moral. Banyak manusia yang berbuat dosa seperti membunuh, berzinah, merampok dan perbuatan lainnya yang dikategorikan sebagai perbuatan jahat. Mulajadi Nabolon pun sangat murka dan meluapkan kemarahannya dengan mendatangkan suatu peristiwa yang dashyat yaitu menurunkan hujan yang lebat berkepanjangan disertai dengan petir sehingga terjadilah banjir besar (aek na sumar). Akibatnya, banyak manusia yang mati dan hanya sebagian kecil yang hidup. 

Mereka yang hidup diartikan sebagai orang yang masih tetap patuh dan taat kepada aturan (patik) dan hukum, sedangkan yang lainnya dimaknakan sebaliknya. Sementara dalam kisah penciptaan, tampak dengan jelas keberdosaan manusia pertama. Adam dan Hawa memakan buah pengetahuan yang diperintahkan Allah untuk tidak dimakan buahnya. Itu adalah suatu pemberontakan manusia secara konkrit kepada Allah yang disebabkan oleh kesombongan manusia yang ingin serupa dengan Allah. Konsekuensi dari perbuatan manusia pertama adalah mereka diusir dari taman Eden. Kedua teori ini menjelaskan tentang konsep dosa dengan cerita yang berbeda. Pada teori budaya, manusia berdosa adalah keturunan dari beberapa generasi manusia pertama. Mereka mengalami hukuman dari Mulajadi Nabolon lewat bencana alam dan memusnahkan sebagai besar manusia yang tidak taat kepada Debata. Sementara pada teori penciptaan dari kita Kejadian dilukiskan tentang manusia pertama yang jatuh ke dalam dosa karena sikap sombong yang ingin seperti Allah yang mahatahu. Akhirnya, mereka diusir oleh Allah dari taman Eden. 

Persamaan Kisah Penciptaan Teori Budaya dengan Teori Penciptaan dan Teori Evolusi 

Persamaan dari antara ketiga teori ini, karena ketiganya memiliki dan mengalami proses penciptaan yang terjadi. Proses itu memang berbeda, karena ketiga teori itu menunjukkan tentang penciptaan dengan cara pandang yang berbeda. Kisah penciptaan dalam teori budaya Batak Toba dilukiskan tentang manusia yang dilahirkan dari sepasang dewa/i dan kemudian menempatkan manusia itu ke tempat ciptaan pasangan itu sendiri. Dalam kisah penciptaan pada kitab Kejadian dilukiskan tentang penciptaan yang dilakukan Allah secara sistematis. Artinya, Allah mencipta pada hari pertama hingga hari selanjutnya dan puncaknya adalah penciptaan manusia. Sementara dalam teori evolusi, setiap makhluk termasuk manusia mengalami proses perkembangan dalam mempertahankan kehidupannya. 

Perkembangan yang dialami ini menunjukkan bahwa adanya dorongan untuk suatu perubahan yang dilandasi dari dalam dan luar dirinya. Berdasarkan hal inilah, setiap makhluk dapat hidup dalam situasi dan kondisi ruang yang dihadapi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persamaan ketiga teori ini adalah karena ketiganya memiliki proses. Selain itu, persamaan ketiganya adalah mampu menjawab tentang asal-usul manusia sesuai dengan sudut pandang dan nilai yang ingin disampaikan oleh pengarang atau yang berkompeten. Dapat diketahui bahwa teori penciptaan menjawab dan menampilkan tentang asal-usul manusia secara teologis. Teori evolusi menjawab asal-usul manusia secara historis dan ilmiah, sedangkan teori budaya menjawab asal-usul manusia dalam bentuk mitos.

Penutup 

Budaya Batak Toba menjawab asal-usul manusia dengan sebuah mitos yang sampai kini masih diyakini oleh orang Batak. Kisah asal-usul manusia dalam budaya Batak Toba itu dapat dipahami dengan baik, walaupun di berbagai daerah sekitar tanah Batak memiliki beragam cerita rakyat tentang penciptaan dan asal-usul manusia. Diyakini bahwa manusia pertama dilahirkan dari perkawinan dewa dan dewi di pusuk bukhit. Mitos yang disampaikan itu menunjukkan eksistensi suku Batak yang telah lama ada sampai saat ini. Cerita rakyat tersebut, sebenarnya berisi wejangan yang berisikan pesan-pesan khusus bagi generasi penerus suku Batak. Kiranya mitos tentang penciptaan manusia ini sebagai cerminan identitas orang Batak untuk menghargai tanah leluhur suku Batak di Pusuk Bukhit sebagai awal mula lahirnya orang Batak, sehingga budaya Batak dapat lestari dan terus dipertahankan, begitu juga dengan bona pasogit (kampung halaman) orang Batak tidak mengalami kekaburan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun