Mohon tunggu...
Yohanes Jeng
Yohanes Jeng Mohon Tunggu... Novelis - Filsafat

Mengubah dunia dengan mengubah diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Sebagai Proses Humanisasi: Rekonstruksi Sistem Pendidikan Menurut Paulo Freire

9 November 2022   22:16 Diperbarui: 9 November 2022   22:28 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Freire kemudian mengaktualisasikan pedagogi kritis tersebut dalam sistem pendidikan "hadap masalah" sebagai model pendidikan yang dialogis humanis. Jika model pendidikan gaya bank memberikan penekanan pada dikotomi antara pendidik dan peserta didik, maka pendidikan "hadap malah" memberikan fokus pada relasi dilogis antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan tidak lagi berjalan satu arah melainkan terjadi dalam dialog timbal balik antar keduanya. Guru menjadi rekan bagi murid-muridnya dan pada saat yang sama guru juga dapat belajar dari murid.[11] Selanjutnya jika pendidikan model bank menggunakan pengetahuan dari guru sebagai bahan pembelajaran maka pendidikan "hadap masalah" menempatkan masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh peserta didik sebagai bahan pengajaran dan diskusi-diskusi. Tujuannya mendorong guru dan murid untuk berani membicarakan masalah-masalah lingkungannya, memberikan kepercayaan dan kekuatan untuk membicarakan dan menghadapi masalah-masalah yang terjadi bukan patuh dan menyerah pada keputusan-keputusan.[12] 

 

Dalam model pendidikan "hadap masalah" perhatian utamanya pada aspek kesadaran peserta didik. Dalam analisisnya Freire mengelompokkan kesadaran dalam tiga tahap secara berurutan, kesadaran magis (magical consciousness), kesadaran transitif (transitive consciousness) dan kesadaran kritis (critical consciousness).[13] Tahap kesadaran magis adalah kesadaran yang lebih melihat faktor di luar manusia (natural maupun supranatural) sebagai penyebab. Kesadaran ini menyandarkan diri pada kekuatan "yang di atas" (Tuhan, mau pun kaum penindas). Kesadaran transitif merupakan kesadaran yang melihat aspek manusia menjadi akar penyebab masalah masyarakat. Sedangkan kesadaran kritis adalah kesadaran yang melihat aspek sistem dan struktur sebagai sumber masalah.[14] 

 

Kesadaran kritis merupakan tahap kesadaran tertinggi. Pada tahap ini masyarakat menjadi lebih kritis, mampu melihat masalah-masalah yang ada sebagai akibat dari struktur atau sistem yang tidak adil dan usaha mengubah relitas tersebut untuk menciptakan suatu dunia yang baru. Dalam konteks pendidikan, kesadaran kritis memampukan peserta didik dalam mengidentifikasi masalah, melihat keterkaitan atara masalah sosial dengan sistem yang tidak adil dan peserta diberi ruang untuk menciptakan sebuah struktur yang lebih baik.[15] Mengcu pada kesadaran peserta didik maka tahap-tahap pembelajaran dalam model pendidikan "hadap masalah" pun dilalui dalam tiga tahap yakni kodifikasi dan dekodifikasi (melalui media pembelajaran seperti gambar atau alat peraga lainnya), diskusi kultural (membicarakan apa yang sudah dikodifikasi) kemudian aksi kultural (refleksi dan penilaian kritis kemudian bergerak untuk melakukan praktis nyata).[16] Melalui model pendidikan "hadap masalah" humanisasi dapat dicapai, nilai-nilai kemanusiaan yang diperjuangakan dan diperoleh kembali. Sebab manusia adalah pencipta realitas bukan sebagai penonton realitas.

 

Akhirnya, Freire dalam karyanya Pedagogy of the Oppressed mengakui bahwa sistem pendidikan yang diusulkannya bukanlah sistem yang sempurna. Dengan demikian Freire dengan penuh kerendahan hati dan tangan terbuka untuk menerima kritik, saran dan masukan-masukan. Freire sendiri menegaskan bahwa dirinya akan merasa puas jika di antara pembacanya, ada yang cukup kritis untuk mengoreksi kesalahan dan kesalahpahaman, memperdalam penegasan dan menunjukkan aspek-aspek yang belum dirasakannya.[17] Menanggapi hal tersebut, beberapa tanggapan dapat diberikan atas gagasan-gagasan Freire seperti, mengakui kelebihan-kelebihan yang terkandung dalam teori pedagogi kritis Freire dan penemuan beberapa titik lemah dari teori pedagogi kritisnya.

 

Beberapa kelebihan yang dapat kita sebutkan diantaranya: pedagogi kritis Freire benar-banar merekonstruksi dan memperbaharui sistem pendidikan tradisional. Tujuan pendidikannya jelas yakni transformasi sosial, mengedepankan dialog dalam proses pembelajaran berlangsung, bersifat dialektis atar pendidikan dan peserta didik dan antara pendidikan dan realitas kongkrit. Hal  yang penting di sana adalah pedagogi kritis dalam sistem pendidikan "hadap masalah" perjuangan nilai-nilai humanisme menjadi nyata.

 

Sedangkan beberapa kelemahan yang ditemukan dalam pedagogi kritis terutama dalam sistem pendidikan "hadap masalah" yakni: sistem pendidikan yang dibangun oleh Freire berifat partikular dan situasional. Dalam konsep kosientisasi Freire tidak memberikan batasan yang jelas antar tiap tahap kesadaran, otoritas guru dalam kelas menjadi kabur, kurang memperhatikan aspek psikologis dan batin guru dan kebebasan yang diperjuangkan adalah kebebasan yang semu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun