Mohon tunggu...
Yohanes Ishak
Yohanes Ishak Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Olahraga, Hiburan, dan lain-lain

1 Korintus 10:13 || Jika ingin bekerjasama atau menulis ulang konten yang saya buat, silahkan hubungi email: Yohanes.Ishak92@gmail.com ||

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Mistis: Aku Hanya Mau Nonton Bola, Tolong Jangan Rasuki Aku

29 Oktober 2021   15:12 Diperbarui: 29 Oktober 2021   15:32 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Well, apakah saya tetap cuek dan merasa itu hanya angin? Jawabannya jelas tidak, di saat itulah pada akhirnya saya berdoa agar Tuhan turut menemani saya saat itu dan berharap agar saya tidak berpikiran kosong.

Wajar dong kalau saya takut tiba-tiba kerasukan, terlebih keluarga saya sudah pada istirahat, mungkin bisa saja saya pulang ke Jakarta jalan kaki. Berlebihan? Ya terserah pendapat yang mendengarnya karena yang saya rasakan saat itu memang mulai mendalam.

Bayangkan, dari jam 23:00 malam hingga 03:00 WIB pagi, pajangan di lemari televisi baik-baik saja bisa terjatuh sendiri, padahal tidak ada guncangan apapun.

Barulah setelah berdoa saya sedikit mulai tenang, meski suara-suara tersebut masih ada walaupun berkurang.

BACA JUGA: (Cerita Bersambung) Air Susu Dibalas dengan Air Teh (Part 2)
BACA JUGA: Minum Soda Lebih Enak Pas Dingin, Kenapa Ya? (YMK 8)

Keesokan harinya, saat sudah jauh dari Bandung untuk menuju pulang ke Jakarta, ketika sedang makan, kami saling menceritakan kejadian mistis yang dialami masing-masing.

Ayah dan ibu saya serta keluarga kakak saya mengaku juga mendengar suara-suara aneh di dalam kamar saya dan mereka juga sedikit terkejut dengan cerita yang saya alami di ruang tengah.

Saat itu juga, ayah saya baru bercerita kalau rumah tempat kami tinggal itu belum lama terjadi pembantaian yang membuat satu keluarga di rumah tersebut tewas.

Bahkan, katanya sampai sempat masuk ke pemberitaan. Saya dan keluarga kakak saya pun hanya bisa tertawa namun mempertanyakan kenapa masih mau tinggal di rumah yang ya bisa dibilang angker tersebut.

Jawabannya pun masih masuk akal, karena ayah saya tidak tahu kalau itu adalah rumah yang pernah terjadi pembantaian.

Beruntung, kami sekeluarga masih hanya diganggu seperti itu, ya walaupun terbilang mengerikan, namun setidaknya kami tidak mengalami hal-hal yang bisa saja terjadi lebih mengerikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun