"Benar saja yang kubilang, tempat ini sungguh menyebalkan, belum ada satu hari, listrik disini sudah tidak becus!" keluh Cisile.
Karena terbiasa hidup mewah, dirinya terpaksa untuk mencari tahu pusat stop kontak listrik yang ada pada rumah tersebut dengan menggunakan cahaya lampu pada handphone-nya dan ternyata setelah dilihat, listrik pada komplek perumahannya memang dimatikan dari pusat.
"Bener-bener sial rumah ini. Liburan jadi rusak cuma gara-gara hal yang gak penting!" keluh Cisile kembali.
Kemudian ia bergegas untuk mencari lilin di dalam rumahnya guna menerangi rumah tersebut. Â Ketika baru menemukan beberapa batang lilin, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu yang ternyata anak kecil dari tetangganya tersebut.
"Mau apa kamu k esini?" tanya Cisile dengan nada ketus.
"Maaf kak, aku hanya mau nanya, apakah kakak memiliki lilin?" tanya anak kecil itu.
Cisile berpikir dalam hati, jika ia menjawab punya maka persediaan batang lilinnya akan berkurang.
"Tidak ada!" jawab Cisile kembali dengan nada lebih tinggi.
"Wah, aku sudah duga, pasti kakak tidak memiliki lilin. Ini kamu ada beberapa lilin dari rumah kami, aku bawakan separuhnya untuk kakak," jawab anak tersebut dengan senyuman.
Melihat anak itu membagikan lilin miliknya, Cisile menjadi terharu dan segera memeluk anak tersebut.
Pemadaman listrik dari pusat ternyata hanya terjadi pada malam itu saja, namun membuat Cisile menjadi dekat dengan keluarga tetangganya tersebut.