Mohon tunggu...
Yohanes Ishak
Yohanes Ishak Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Olahraga, Hiburan, dan lain-lain

1 Korintus 10:13 || Jika ingin bekerjasama atau menulis ulang konten yang saya buat, silahkan hubungi email: Yohanes.Ishak92@gmail.com ||

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Keberadaan Covid-19, Harus Disesalkan atau Disyukuri?

26 Maret 2021   22:11 Diperbarui: 26 Maret 2021   23:37 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara bagi para wirausaha atau para pedagang juga tidak sedikit yang mengalami penurunan pelanggan, hingga terpaksa membuat mereka harus menutup usahanya.

Segala aktivitas juga harus dikurangi atau ditutup demi mencegah penyebaran Covid19 sehingga membuat kita pastinya merasa jenuh.

Jelas situasi ini banyak yang merasa kesal atau marah dengan keberadaan Covid19 yang pernah saya katakan tidak akan pernah lenyap di dunia dalam artikel ini.

Lalu adakah yang sisi positif dari keberadaan virus Covid19 yang telah merugikan banyak orang? Jawabannya tentu ada, meski harus disesalkan mengapa ada sisi positif yang diambil dari sebuah penyakit.

Saya sendiri menulis artikel ini seakan seperti orang munafik, karena Covid19 lah saya juga harus kehilangan pekerjaan. Walau merasa kesal dan marah, namun setidaknya ada sejumlah pelajaran yang bisa kita ambil dari virus menyebalkan satu ini.

Saat pertama kali muncul di Indonesia, hampir seluruh perusahaan dan juga sekolah-sekolah di Tanah Air membuat aturan baru, yaitu sistem kerja di rumah atau dikenal dengan sebutan Work From Home (WFH).

Sistem kerja ini mungkin menjadi satu hal yang perlu disyukuri karena kita bisa semakin dekat dengan anggota keluarga. Meski tetap harus berbagi waktu, namun dengan adanya WFH kita berkesempatan untuk berada di dekat orang yang kita sayang.

Ketika Covid19 semakin merajalela, lagi-lagi banyak perusahaan yang pada akhirnya memutuskan untuk memotong gaji karyawan demi keuangan perusahaan.

Kondisi ini pernah saya alami juga, namun saat itu saya tidak memberikan protes keras atau mengharap gaji diberikan seperti biasa. Kala itu saya hanya mempertanyakan kenapa kebijakan pemotongan gaji yang diberikan informasinya tiga hari menjelang gajian, bukan pada awal bulan.

Jelas saya dan sejumlah rekan kerja tidak menerima, karena dalam bulan itu seluruh karyawan bekerja mati-matian untuk mempertahankan nama baik perusahaan.

Saya tidak memberikan protes keras lantaran saya masih harus bersyukur karena masih mendapat gaji dan tidak langsung dipecat, meski pada akhirnya di satu bulan berikutnya saya harus keluar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun