3. Audible, dalam persoalan diatas maka dalam hal ini pun ketika Sdr. Arman menyampaikan tujuan beliau hadir yakni memperoleh informasi dan data terkait pengelolaan keuangan pada UPT Perpakiran, dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh Sdr. Zaman.
4. Clarity, sejalan dengan audible artinya diharapkan jangan sampai apa yang diminta oleh Sdr. Arman tidak dapat dimengerti atau bahkan malah responnya salah memberikan informasi atau data yang dibutuhkan. Semisal, Sdr. Arman meminta informasi Data Keuangan Perpakiran Bulan Mei 2024, maka seharusnya Sdr. Zaman juga menerima pesan yang sama yang disampaikan Sdr. Arman. Kuncinya adalah bagaimana Sdr. Arman selaku pemberi pesan (komunikator) menjelaskan secara clear kepada Sdr. Zaman sebagai penerima pesan (komunikan) mengenai tujuannya.
5. Humble, ini juga merupakan poin yang tak kalah pentingnya. Sebagai seseorang yang hendak memperoleh informasi dari auditee, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah melepaskan dahulu atribut kita sebagai Auditor Internal, dalam hal ini Sdr. Arman. Dengan begitu, Sdr. Arman telah meletakkan dirinya sejajar dengan Sdr. Zaman selaku lawan bicara. Kemudian, dengan posisi tersebut, tak lupa juga bagi Sdr. Arman untuk tetap menjaga pembicaraan dengan memberikan kesempatan Sdr. Zaman untuk mengungkapkan atau membiarkannya menyampaikan apapun yang ingin disampaikan. Jangan sesekali untuk menyanggah atau memotong pembicaraan lawan. Barulah ketika ada waktunya berbicara, Sdr. Arman memberikan pendapatnya tanpa ada tendensi menghakimi serta tidak lupa untuk tetap menjaga independensi serta integritas.
Kesimpulan :
1. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting yang wajib diketahui dan dipahami Auditor Internal dalam setiap aktivitas Audit Internalnya;
2. Komunikasi memiliki korelasi yang positif atau berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah proses Audit Internal;
3. Menciptakan sebuah Komunikasi yang Efektif setidaknya memperhatikan beberapa hal, diantaranya Respect, Empathy, Audible, Clearity, Humble;
4. Menciptakan sebuah Komunikasi yang Efektif memang akan terasa sulit bagi yang belum terbiasa bicara lugas, namun tentu hal ini dapat dipelajari dan dilatih secara konsisten;
5. Memperbaiki citra diri seorang Auditor Internal bukan dimulai dari mengkoreksi orang lain atau lawan bicara atau auditee namun dimulai dari diri sendiri.
Referensi Tulisan
1. Buku Komunikasi dalam Audit Internal (2022), ditulis oleh Yohanes Enho;
2. Modul Diklat Pembentukan Auditor Ahli (2007), dipublikasikan Pusdiklatwas BPKP;
3. The Effect Of Competence,Independence, Audit Work, and Communication on the Effectiveness Of Internal Audit (2019), riset milik Dyah & Chris yang dipbulikasikan dalam Journal Of Economics, Business, and Accountancy Ventura. Vol. 22;