Saya jadi ingat, ketika saya dipercaya menjadi guru bahasa Indonesia di suatu SMP di bilangan Lippo Karawaci, di kelas delapan ada materi pelajaran cerpen. Bagaimana cara saya 'meracuni' mereka anak-anak seputaran Lippo Karawaci agar mampu menulis cerpen?Â
Setelah sesi teori yang sebagian besar ilmunya saya adaptasi dari buku Creative Writing yang ditulis oleh Naning Pranoto, di mana di buku tersebut disajikan aneka jurus jitu menulis cerpen, antara lain meliputi: pemahaman 7 (tujuh) unsur cerita pendek; metode penulisan (banyak yang belum tahu penting dan artinya paragraf, serta penerapannya); eksplorasi imajinasi secara optimal, agar tidak meniru cerita yang sudah ada; penciptaan Judul; pengkayaan kosa kata (modal untuk menulis narasi, pelukisan); membangun konflik dan solusinya; proses menulis: plotting, writing and editing), semua muridku saya giring ke laboratorium komputer.Â
Setiap anak saya minta untuk 'menghadap' komputer yang kala itu tahun 2005-an masih menggunakan floppy disk untuk menyimpan filenya. Saya minta mereka mulai mengetik menuangkan ide menulis cerpen.Â
Tampak banyak anak yang hanya terdiam dengan muka berkecamuk, karena tidak kunjung menemukan sebaris kalimat atau dialog sebagai modal awal menulis. Memang benar, tidak mudah untuk memulai menulis, menuangkan ide cerita.Â
Beberapa anak saya pancing dengan pertanyaan, "Guys, kau mau cerita tentang apa, siapa tokoh rekaanmu di bakal calon cerita pendekmu. Sudah, kau mulai saja mengetik apa saja yang ada di kepala kamu.Â
Siswa saya malah ketawa, "Pak...di kepalaku cuma ada rasa bingung, gusar, apalagi teman-teman sebelahku sudah terdengar berisik dengan bunyi tuts keyboad komputer karena jemari-jemarinya telah "menari-nari' di atasnya dalam menuangkan ide."
Singkat cerita, setelah beberapa pertemuan, dengan tidak jemu-jemunya saya berkeliling ke masing-masing anak yang sedang mengetik cerpen mereka, akhirnya lahirlah antologi cerpen karya siswa klas 8.Â
Jangan bayangan mutu cerpen mereka, namun yang patut disyukuri, mereka telah memulai ( jadi ingat tagline t...pedia: mulai aja dulu). Sebagai guru, saya bangga pada pencapaian mereka. Sesuatu yang tidak pernah bisa saya lakukan. Tidak adil saya, ya. Bisa menyuruh-nyuruh menulis, tapi memberi contoh (tulisan) tidak pernah bisa. Hahaha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H