KETERAMPILAN MENGEMBANGKAN ATAU MEMBANGUNÂ
HUBUNGAN YANG HARMONISÂ
(RELATIONSHIP DEVELOPMENT SKILLS)
Tulisan ini dimaksudkan memberikan gagasan kepada guru atau dosen untuk mengembangkan atau membangun hubungan atau relasi dengan siswa/mahasiswa (Peserta didik=murid) yang dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan keterampilan mengajar, strategi pembelajaran, dan management serta pengawasan. Fokus penulis adalah MEMBANGUN RELASI GURU DENGAN SISWA. Topik ini dijabarkan ke dalam tiga sub topik yakni:
A. KARAKTERISTIK (CIRI-CIRI) DAN SIFAT-SIFAT PERSONAL;
B. UPAYA MEMBANGUN RELASI PERSONAL.
Dalam analisis terakhir tentang pendidikan, dikatakan bahwa pembelajaran merupakan tugas bersama antara yang memfasilitasi pembelajaran (guru) dan yang difasilitasi namun bukan obyek (siswa atau masyarakat). Hampir setiap saat dalam kesehariannya guru selalu berkomunikasi dan berelasi baik secara fisik, psikis dan sipirtual dengan peserta didik. Komunikasi dan interaksi dengan siswa merupakan hal yang penting dalam tugas guru, maka apa yang dapat kita (guru-siswa) buat berkenaan dengan relasi pribadi ketika kita mempersiapkan segala sesuatu untuk proses pembelajaran?
Ada tiga kategori sifat dan tindakan berkaitan dengan hubungan pribadi yang dipandang penting ketika guru dan siswa mulai bekerja bersama dengan sekelompok siswa yang lain. Kategori pertama menunjuk pada karakteristik dan sifat-sifat alamiah anda sebagai guru. Kategori kedua menunjuk bagaimana pendekatan anda dengan siswa dan seluruh kelas pada saat anda sedang melaksanakan proses pembelajaran dan atau pada saat mengawasi kelas. Kategori ketiga dari usaha membangun hubungan yang mungkin anda perlukan dalam melaksanakan tugas adalah kemampuan dan keterampilan tentang bagaimana membuat siswa berpikir dan merasa dirinya baik dan berharga dalam pelayanan anda (tentu juga dalam hidup bersama teman dan lingkungan sosial).
SIFAT-SIFAT DAN KARAKTERISTIK PRIBADI
Kabar yang menggembirakan bagi semua guru adalah bahwa kerangka ideal (pola yang baku) tentang kriteria sifat-karakteristik pribadi bagi seorang guru yang efektif belum pernah ditemukan, lalu apakah hal ini dapat kita temukan pada seseorang, seperti insinyur (ahli mesin) yang sukses, sekretaris yang baik, pegawai bank yang jujur, politikus yang public oriented, tukang roti yang hebat, orangtua panutan atau yang lain. Hal ini dimaksud agar kita tidak menjadi foto copy klise guru-guru sempurna, melainkan kita dapat menjadi diri kita sendiri (to be ourselves). Karakteristik (ciri-ciri) berikut merupakan hal-hal pokok dari karakteristik guru pada umumnya yang kita tahu bahwa para siswa akan merespon dengan rasa (=saling) hormat dan percaya. Sebagian besar karakteristik berikut perlu anda aktualisasikan jika anda ingin orang lain melakukan terhadap anda. Ciri-ciri (Karakteristik) itu adalah:
- Alami, asli, apa adanya, wajar, tidak dibuat-buat (being natural):Â Siswa sangat senang pada guru yang tampil, hadir, mengungkapkan diri mereka sebagai seorang pribadi yang real, nyata, apa adanya, tidak dibuat-buat (=tidak penuh sandiwara). Hal ini berarti guru hendaknya berbicara dan atau berkata-kata dengan suara yang normal, mengekspresikan perasaan-perasaan (seperti kesenangannya, kebahagiaannya, kejengkelannya, kekecewaannya) sebagai seorang yang normal, bersukaria/tertawa bersama para siswa manakala ada sesuatu yang lucu, dll. Ketika para siswa melihat anda sebagaimana adanya, mereka akan menerima anda (apa adanya pula) karena anda tidak menghadirkan (=menampilkan) diri anda dengan cara yang keliru. Siswa dapat mengetahui dengan segera kesalahan perilaku anda dan segera menutup diri bagi anda. Dan hal ini akan mempersulit anda dalam mengembangkan relasi dasar yang baik dengan mereka.
- Kehangatan/Keramahan (being warm):Â Semua guru hendaknya senang berada bersama para siswanya (tidak risih dan mengambil jarak). Sebagaimana seorang guru penulis menuliskan: "jika guru-guru tidak senang berada bersama para siswanya maka mereka tidak boleh mengajar (=keluar/berhenti dari guru). Ini merupakan prinsip. Hangat/kehangatan mempunyai makna dapat meyakinkan para siswa bahwa guru menghargai mereka, menghormati mereka sebagai teman, menjunjung tinggi sifat-karakter khas mereka dan bahagia memiliki mereka atau berada bersama mereka. Senyum dan tawa anda sebagai guru hendaknya terekspresi secara tulus dan murni. Intonasi suara anda hendaknya terungkap secara lembut dan personal. Bahasa tubuh anda kiranya ditampilkan secara bebas dan terbuka.
- Menyenangkan (being pleasant):Â Ketika guru menampilkan sikap sebagai pribadi yang senang/bahagia atau pun seorang yang suka murung, maka para siswa pun akan merespon atau bersikap demikian. Sikap 'menyenangkan' memberi makna bersikap rileks, bersahabat dengan mereka, dan menarik dalam proses pembelajaran. Sebagai guru, hendaknya anda tidak bersikap kasar, kejam, negatif dan merusak melainkan lembut, positif dan konstruktif dalam membangun hubungan dengan para siswa.
- Dapat menjadi teman/sahabat (being friend):Â Manakala para siswa merasa bahwa mereka dapat mengadakan pendekatan dengan guru dalam waktu yang relatif lebih banyak walaupun tidak setiap situasi, maka guru seyogyanya membangun suatu hubungan dasar yang baik dalam kelas. Guru yang dapat menjadi teman adalah guru yang mampu dan mau mendengarkan, membuat siswa merasa bernilai dalam kebersamaan dengannya dan yang tidak suka mengancam.
- Toleran: Semua siswa tidak sama (=berbeda) dan mereka tahu itu. Guru yang menampilkan sikap menghargai perbedaan dalam setiap pribadi siswa dan tidak terganggu dengan itu akan nampak sebagai guru yang konsisten dan adil (fair). Semua siswa akan sangat merasa sensitif terhadap guru yang membeda-bedakan siswa yang heterogen  dalam kelas. Ketika guru itu bersikap tidak adil tanpa alasan (tidak memperlakukan siswa sama), maka siswa akan mengingat demikian. Bersikap toleran tidak berarti guru harus memperlakukan semua siswa sama saja, akan tetapi lebih dimaksudkan bersikap adil dan konsisten terhadap semua siswa. Pada dasarnya kita manusia (termasuk guru) tidak mungkin dapat memperlakukan setiap pribadi secara sama dan adil, tetapi mungkin kita harus berusaha bersikap ramah, mudah menerima apa adanya, toleran juga kepada para siswa yang sulit berhubungan (bersosialisasi) secara dekat dengan kita.
Beberapa karakteristik di atas adalah sebagian dari karakteristik dan sifat-sifat yang kita pandang dapat dikembangkan bersama dalam hubungan guru dengan siswa. Maka, kembangkanlah sikap-sikap tersebut ketika anda sedang melaksanakan tugas pembelajaran dan usahakan agar hal-hal itu terpelihara. Meskipun demikian, sikap-sikap ini sungguh berbeda satu dengan lain (dan mungkin agak sulit untuk dipenuhi secara sempurna), maka anda harus berpikir secara serius tentang sikap-sikap mana yang anda harus bangun dalam hubungan dengan siswa-siswi anda (atau mungkin berusaha untuk memenuhi semuanya). Â Â
Laporan Antony (bisa menjadi inspirasi):
Saya telah memikirkan tentang pola apa yang akan saya tampilkan selama pelaksanaan tugas pembelajaran. Seperti telah saya katakan sebelumnya, saya telah banyak memberi nasihat kepada anak-anak, namun saya tidak tahu apakah guru-guru saya melihatnya. Saya sangat yakin bahwa saya akan datang, menjumpai dan bersikap apa adanya (being natural) sebagai seorang yang sungguh-sungguh hadir secara nyata dalam kehidupan anak-anak. Saya akan bersikap hangat (being warm), menyenangkan (being pleasant) dan dapat menjadi teman (being friend/approachable) bagi mereka. Saya harap saya akan bersikap adil (being tolerant: fair and consistent) kepada semua siswa dan saya pasti melakukannya. Namun, banyak hal terjadi (bisa berubah) dengan cepat dalam proses pembelajaran di kelas, dan saya hanya berharap saya tidak mengabaikan beberapa siswa. Di satu sisi, saya akan mencoba berkomunikasi secara khusus dan intens kepada siswa laki-laki maupun perempuan tanpa bersikap berat sebelah. Sebagai seorang siswa yang pernah belajar pada suatu sekolah yang semua siswanya adalah laki-laki, saya tidak merasa yakin dapat mengajar para siswa perempuan tetapi saya dituntut (harus) bekerja sambil berkomunikasi dengan para siswa laki-laki dan perempuan dengan cara yang sama. Saya akan meminta saran (petunjuk) untuk umpan balik tentang persoalan ini kepada guru saya.
Aktivitas (Kegiatan) siswa
Bayangkan guru anda dan bayangkan secara khusus satu atau dua guru yang sangat anda sukai. Mengapa anda sangat menyukai guru itu? Sifat, karakteristik apa yang mereka miliki. Buatlah daftar tentang sikap, sifat atau karakteristik yang menggambarkan guru-guru yang anda sangat sukai itu. Berikut ini adalah cara yang dapat membantu anda untuk memulai membayangkan tentang hal-hal positif guru yang ingin anda teladani bersama dengan ratusan siswa yang sedang kembali untuk mencarinya dan katakan: "Saya memiliki dan suka pada anda karena anda adalah seorang guru."
UPAYA MEMBANGUN RELASI PERSONAL
Relasi pribadi yang baik dalam kelas tidak akan terjadi hanya dengan memiliki sifat-sifat dan sikap-sikap seperti yang telah disajikan sebelumnya. Tetapi memerlukan usaha atau tindakan yang dilakukan oleh guru. Pokok-pokok yang diuraikan secara singkat di bawah ini sangat penting bagi guru:
1. Pelajari (kenalilah) dan ingatlah nama masing-masing siswa dengan cepat. Buatlah daftar nama-nama siswa. Lengkapi langkah ini dengan mencatat hal-hal istimewa dan khas, baik segi psikologis, sikap, perilaku, tipe suara, dsb yang dimiliki setiap siswa. Ada guru yang malah melakukannya dengan memasang label daftar nama para siswa di depan kelas (supaya mudah dilihat kapan saja). Namun sesungguhnya siswa lebih suka guru memanggil atau menyebut mereka dengan nama (suatu sentuhan psikologis yang personal). Usahakan agar tidak lupa nama siswa. Dan bila anda lupa nama mereka (karena keterbatasan manusia kita), tanyakanlah kepada mereka dengan cara yang baik. Selanjutnya, usahakan agar tidak pernah lagi melupakan namanya.
2. Berikan diri anda secara merata bagi mereka kapan saja. Harapan dan cita-cita siswa untuk  mengalami kasih sayang gurunya merupakan suatu yang harus anda hadapi (menurut Abraham Maslow, ini merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia). Tak dapat dipungkiri kenyataan bahwa manusia tidak dapat menyayangi semua orang secara sama, ia cenderung merasa tertarik dan sayang kepada sebagian kecil atau besar saja lebih dari yang lain karena satu atau beberapa alasan tertentu. Guru pun demikian. Dan kenyataannya memang banyak terjadi demikian. Namun, sebagai guru anda harus berusaha agar tidak bersikap pilih kasih (dan atau berat sebelah), baik ketika sedang berhadapan dengan para siswa yang suka berlama-lama berbicara dengan anda, para siswa yang lebih anda puji di dalam kelas, siswa yang sering anda pilih untuk melaksanakan tugas-tugas, maupun siswa yang anda kontrol dari dekat saat melaksanakan tugas supervisi. Jika anda sebagai guru selalu berpikir dan bersikap bahwa semua siswa mempunyai hak yang sama untuk berkontak/berhubungan dengan anda maka pembelajaran dan relasi pribadi anda (yang tidak berat sebelah) kepada seluruh siswa itu sungguh telah dibangun di atas dasar yang tepat.  Â
3. Datang (dekatilah) dan kenalilah para siswa dengan berbagai cara yang mungkin. Beberapa dari kita yang telah lama mengajar tiada henti-hentinya dikejutkan oleh banyak siswa yang hidup dalam keanekaragaman situasi dan kondisi di luar kelas-sekolah, ketika kita menemukan (mengetahui) apa yang mereka lakukan di luar sekolah. Siswa-siswi yang kita lihat di dalam kelas-sekolah adalah orang-orang yang kita kenal dalam waktu lebih kurang 5 jam per hari, 5 hari dalam seminggu. Mereka melaksanakan peran tetap, karena kelas dan sekolah merupakan tempat yang terstruktur dan sistematis. Tetapi siapa mereka sebenarnya dalam seluruh situasi, baik di dalam maupun di luar sekolah? Sebagai guru kita harus mengenal para siswa kita dengan baik. Maka, yang harus kita lakukan adalah:
a. Berkomunikasilah dengan para siswa baik secara pribadi maupun dalam kelompok, di dalam maupun di luar kelas. Ini berarti anda mempunyai waktu untuk bersosialisasi, berbincang-bincang dengan mereka antara lain mengenai:
- Apa yang menarik mereka dalam kehidupan?
- Bagaimana dengan latar belakang keluarganya?
- Apa hobby, aktivitas, organisasi yang mereka sukai?
- Jenis-jenis kegiatan, tugas dan bidang apa saja yang menjadi pilihan mereka?
- Program-program televisi yang mengesan bagi mereka?
- Pola hidup dan relasi sosial yang bagaimanakah yang dibangun bersama dengan teman lainnya dan orang-orang kunci dalam hidup mereka?
b. Perhatikan siswa-siswi dalam berbagai situasi-kondisi dan berbicaralah dengan mereka tentang keterlibatan dan kesenangan mereka pada waktu: istirahat, makan siang dan dalam perjalanan; kegiatan ekstra kurikuler; berolahraga, atau dalam seluruh kerjasama atau pertemuan-pertemuan sekolah lainnya.
c. Ikutilah kegiatan-kegiatan bersama dengan mereka seperti permainan yang menyenangkan, diskusi bersama, atau bernyanyi bersama. Seorang guru yang menunjukkan kepada para siswanya bahwa dia tertarik dengan mereka, permainan mereka, pembicaraan mereka dan kehidupan mereka di luar sekolah akan lebih mudah mengembangkan hubungan yang realistic dan alami di dalam kelas. Tentu akan terjadi secara timbal balik, di mana para siswa pun akan tertarik untuk mengetahui sesuatu tentang dia, kesukaannya, ketidaksenangannya, program favorit TV, tentang keluarganya da sebagainya.
4. Memelihara dan mengembangkan peran ganda dengan siswa adalah penting. Di satu sisi, membangun hubungan pribadi dengan setiap siswa, dan di sisi lain berdiri di depan kelas melaksanakan proses pembelajaran sambil mengontrol perilaku para siswa. Bagaimana seorang guru dapat melaksanakan dua peran ini?
a. Keberhasilan guru mendapatkan perhatian dan penghormatan dari para siswa diperoleh dari kemampuannya mengelola batas-batas (ketentuan) perilaku siswa selama proses pembelajaran dan bersikap konsekuen dan adil dalam menerapkan dan mengelola ketentuan perilaku tersebut. Sebagai Contoh:
- Hanya satu siswa yang berbicara selama waktu pelajaran;
- Jika ada pertanyaan dan siswa tahu, maka ia dapat mengacung tangannya tanpa berbicara;
- Tidak boleh ada siswa yang keluar dari tempat duduk kecuali ada alasan yang jelas;
- Tidak seorang pun siswa yang boleh mengganggu atau mencampuri temannya, baik dalam pelajaran maupun mengerjakan tugas.
b. Apabila seorang siswa melakukan kesalahan, guru harus menegurnya dengan tetap berorientasi pada obyek kesalahannya (bersikap obyektif), bukan pada sifat pribadi siswa (hindari subyetivitas) itu. Misalnya, Claudia adalah siswa rata-rata yang sedang tergoda oleh mainan dan peralatan sekolah temannya dalam kelas. Ia hendak mengganggu siswa yang membawa benda itu ke sekolah untuk bermain atau menggunakannya. Siswa yang lain mencegah Claudia untuk bermain lagi karena sikapnya yang menjengkelkan dan sering merusak atau menghilangkan benda-benda itu. Pada pelajaran yang lalu Stevany melihat Claudia sedang mengganggu seorang teman laki-laki yang membawa pengasah/ peruncing pencilnya yang baru. Stevany yang telah diberi sinyal oleh gurunya tentang perilaku Claudia yang menjengkelkan itu menghampiri Claudia, memanggil nama Claudia dan menghardiknya di depan kelas: "Claudia, kamu keluar lagi dari tempat dudukmu dan mengganggu orang. Kamu benar-benar seorang pengganggu. Orang lain tidak suka padamu karena kamu selalu merampas  barang-barang mereka dan kamu sadar bahwa kamu tidak memelihara barang-barang itu. Duduklah, tinggalkan mereka sendiri dan jangan pernah menjadi pengganggu."
Jelaslah bahwa Stevany telah terperangkap jauh dengan sikapnya yang mengadili perilaku Claudia. Teguran Stevany kepada Claudia tidak hanya menyangkut perilaku Caludia yang salah, tetapi telah menyangkut serangan terhadap pribadi Caludia. Artinya tidak lagi obyektif ditujukan pada kesalahan Claudia. Mungkin teguran yang lebih baik (yang dapat diusulkan kepada Stevany) adalah: "Claudia, sekarang waktunya untuk duduk tenang dan mengerjakan tugas. Silakan duduk dan apabila kamu mempunyai masalah katakan." Nah, kalau demikian respon/teguran Stevany kepada Claudia sekarang jauh lebih terfokus pada perilakunya yang salah.
c. Saat seluruh siswa dalam kelas sedang dalam keadaan ribut/gaduh atau tidak ada tugas, maka guru harus menggunakan metode/cara yang lain (khusus) untuk mengatasinya.
Upaya untuk membangun relasi yang baik antara guru dan siswa sebagaimana telah digambarkan di atas merupakan sesuatu yang terus menerus harus dilakukan oleh guru. Hubungan pribadi yang baik selalu mungkin terjadi dalam semua kelas selama guru menggunakan pendekatan dan cara yang tepat yang cocok dengan komunikasi/kontak yang positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H