Media Seni Lukis
Seni lukis sudah menjadi suatu bentuk budaya yang telah mengambil akar di banyak negara. Banyak peristiwa sejarah, legenda, dan karya kreatif terekam serta tertangkap melalui media seni lukis. Ini membuat banyak lukisan menjadi sebuah jalan yang menghubungkan masa yang lampau dengan masa yang kini.
Lukisan-lukisan seperti karya "Mona Lisa", banyak dihasilkan menggunakan cara traditional. Ini menghasilkan banyak lukisan terbuat dari sebuah kanvas, cat minyak, cat air, kuas yang bermacam-macam, dan berbagai alat lukisan yang lain. Banyak seniman bahkan akan mengambil jejak lebih jauh dengan menggunakan senyawa atau bahan kimia yang berbahaya untuk digunakan sebagai cat warna. Sayangnya, solusi yang diciptakan oleh para seniman untuk membuat karya mereka awet, tidak melindungi karya mereka dari kehancuran di tangan kejahatan manusia.
Lukisan Dalam Sejarah
Kehancuran dari berbagai macam karya ini dapat dilihat kembali pada saat era Perang Dunia Ke-2. Pada saat itu, Nazi banyak mengumpulkan bermacam-macam harta rampasan yang didapatkannya dari negara-negara yang mereka taklukan, ini termasuk karya lukisan-lukisan dari berbagai macam pelukis. Lukisan-lukisan seperti, "The Stone Breaker" oleh Gustave Courbet, "Painter On His Way To Work" oleh Vincent Van Gogh, dan berbagai macam lukisan menjadi hilang dari mata publik. Ribuan telah dicuri dan ratusan dihancurkan oleh perang.
Banyak karya lukisan telah ditemukan kembali dan direstorasi, sayangnya jumlah yang ditemukan jauh lebih sedikit daripada jumlah yang masih hilang sampai saat ini. Untungnya, beberapa karya lukisan dapat terselamatkan melalui reproduksi cetak walaupun lukisan aslinya sudah hilang atau hancur. Dengan ini, keberadaan beberapa karya masih dapat diakui atau diketahui oleh publik. Salah satu contoh dari karya yang terselamatkan melalui cara ini adalah "Painter On His Way To Work" oleh Vincent Van Gogh.
Tradisional dan Digital
Di balik kelemahan dan kerapuhan yang dimiliki oleh lukisan tradisional, kemampuan tradisional ini tetap menjadi dasar bagi banyak pelukis. Mayoritas seniman pada saat ini memulai menggambar dari kertas sebelum berpindah ke media yang memerlukan keahlian di zaman ini. Melukis secara tradisional memberikan para pelukis pengertian akan kemampuan untuk mencapur warna, melapiskan lukisan mereka, dan belajar dari kesalahan yang mereka buat. Ini membuat para seniman tradisional dapat menciptakan karya dalam sekali pencobaan atau menggunakan kesalahan mereka untuk membuat karya baru.
Pada saat ini, media digital sudah semakin meluas penggunaannya dan menjadi semakin umum. Hal yang menarik tentang menggunakan media digital ini adalah para seniman digital diberikan kemudahan untuk berkarya dalam bentuk berbagai macam alat yang bisa digunakan secara digital, kesalahan yang dengan mudah dihapus, dan memiliki kendali penuh palet warna. Dengan kemudahan-kemudahan ini, para seniman digital memiliki kebebasan lebih dalam berkarya daripada media tradisional. Namun, ini berarti seniman digital akan belajar dasar yang berbeda daripada dasar yang didalami oleh seniman tradisional.
Cara Pandang Seniman
Melukis secara tradisional bisa dilihat bagaikan memahat batu. Pemahat batu harus memiliki ketelitian tinggi, karena sekali pahatannya mengenai batu, bentuk akan sulit diubah. Setiap pahatan yang salah mampu mengakhiri karya pemahat, karena ini pemahat harus belajar untuk menerima dan memanfaatkan kesalahan-kesalahan tersebut dalam prosesnya. Melalui kesalahan-kesalahan yang mereka buat, mereka mengembangkan keahlian untuk memahami bentuk, tekstur, dan komposisi. Seperti pemahat batu, seniman tradisional memperoleh ketajaman artistik melalui ketekunan dan kesabaran dalam setiap lapisan atau goresan yang diciptakan.
Sebaliknya, seniman digital dapat dikatakan seperti seorang pemrogram komputer. Saat terjadi kesalahan, mereka memiliki kemampuan untuk kembali, menghapus, atau memperbaiki dengan mudah. Hal ini memungkinkan eksperimen yang lebih luas dan keberanian untuk mencoba berbagai kombinasi. Kemudahan ini memberi mereka keleluasaan kreatif lebih besar, seperti memilih warna dengan cepat. Namun, karena kenyamanan ini, seniman digital mungkin tidak mendapatkan penguasaan mendalam akan teknik dasar seperti yang didalami oleh seniman tradisional, melainkan mengembangkan keterampilan baru yang khas untuk media digital.
Pada akhirnya, media digital dapat menjadi jalan yang menguntungkan bagi para seniman tradisional pada saat ini. Menurut saya, di era digital pada saat ini dan untuk kedepannya, memiliki kemampuan dalam menggunakan media digital untuk berkarya akan sangat membantu bagi para seniman secara umum. Tidak masalah jika media tradisional tetap ingin terus dijaga dan dikembangkan, namun memiliki dua metode untuk berkarya akan jauh lebih baik daripada hanya memiliki satu pada saat ini. Para seniman akan memiliki lebih banyak cara untuk menyalurkan kreativitas mereka dan dengan dua keahlian, seniman dapat memikat penggemar karya tradisional dan digital. Dengan penyaluran kreativitas yang lebih banyak, tanpa tersadari, seniman akan menemukan diri mereka menciptakan atau menggunakan gaya melukis yang unik pada diri mereka dan menjadi identitas diri mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H