Mohon tunggu...
Yohanes De Britto Wirajati
Yohanes De Britto Wirajati Mohon Tunggu... Penulis - Dosen Jurusan Seni Murni FSRD ISI Surakarta

Dosen/Peneliti/Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Narasi Sejarah, Nasionalisme, dan Pembentukan Identitas Kolektif di Indonesia

9 November 2020   18:00 Diperbarui: 9 November 2020   18:06 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paparan diatas kemudian memunculkan pemahaman bahwa pembelajaran sejarah memiliki kontribusi terhadap upaya pembentukan identitas nasional dalam sebuah negara-bangsa. Pemahamaan ini logis karena sejarah berasal dari salah satu kata dalam bahasa Arab, syajarah, yang dapat diartikan pohon silsilah atau asal-usul. Sehingga, dengan mempelajari sejarah sebuah negara-bangsa (sejarah masyarakatnya, politiknya, dan aspek sosial lainnya), identitas kolektif dari negara-bangsa tersebut (asal-usulnya) dapat dipahami dan dihayati.

Sebagai contoh, misalnya dengan mempelajari sejarah Pancasila, seperti yang telah diungkapkan di awal, dapat dipahami bahwa Republik Indonesia lahir dari hasil konsensus beragam delegasi perwakilan wilayahnya. Sehingga hal ini membentuk identitas kolektif masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang multikultural. Identitas ini kemudian harus dibentuk kesadarannya terus-menerus supaya konflik horizontal dapat dihindari. 

Pentingnya pembelajaran sejarah bagi upaya pembentukan identitas kolektif kemudian mendorong institusi pendidikan, baik negeri ataupun swasta untuk menyertakan mata pelajaran sejarah dalam penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar. Tujuannya agar "siswa bisa mengambil nilai-nilai setiap peristiwa sejarah yang terjadi untuk memperkuat rasa cinta tanah air, bangga dan meningkatkan nasionalisme".

Berdasarkan pandangan awal yang demikian, maka terdapat beberapa pertanyaan mendasar yang muncul, yaitu; (1)Bagaimana hubungan antar kelompok masyarakat yang berbeda budaya di Indonesia dapat bersatu dalam sebuah negara-bangsa yang bernama Indonesia? (2)Apa kontribusi narasi sejarah negara-bangsa Indonesia bagi keberlangsungan hubungan antar kelompok masyarakat yang berbeda budaya tersebut?

Mendekati Wacana Nasionalisme

Dalam buku Imagined Communities, Benedict (Ben) Anderson berusaha untuk menjelaskan tentang asal-usul dan perkembangan Nasionalisme. Ben Anderson mendefinisikan Nasion/Nation sebagai sebuah komunitas politis yang terbayangkan. Mengapa terbayangkan?

Menurut Ben Anderson, bahkan dalam sebuah negara yang paling kecil saja, seluruh penduduknya tidak mungkin saling mengenal, sudah pernah saling bertemu seluruhnya, atau pun mendengar tentang satu sama lain.

Hal ini menunjukkan bahwa kebersamaan, perasaan saling berhubungan dan elemen-elemen Nasionalisme lainnya sesungguhnya hanya berada dalam bayangan para anggotanya saja. Pengikat kebersamaannya bisa bermacam-macam. Mulai dari sejarah, bahasa, letak geografis, posisi geopolitis dan hal-hal konkret lainnya.

Berdasarkan paparan atas buku Imagined Communities tersebut, maka dapat dipahami dua hal. Pertama, Nasionalisme adalah imaji tentang keterhubungan tiap-tiap anggota suatu negara bangsa yang melampaui perbedaan-perbedaan yang ada. Kedua, Imaji atas keterhubungan tersebut direproduksi terus-menerus, salah satunya melalui narasi Sejarah.

Dalam buku berbeda, berjudul Hantu Komparasi : Nasionalisme, Asia Tenggara dan Dunia, Ben Anderson menuliskan tentang Nasionalisme dan bagaimana Nasionalisme tersebut didekati atau diamati melalui berbagai perspektif, baik di Eropa atupun di Asia.

Pada bagian Nasionalisme, Identitas, dan Logika Serialitas, Ben Anderson ingin kembali menjelaskan tentang perkembangan kapitalisme cetak yang berpengaruh terhadap nasionalisme, seperti yang ditulisnya dalam buku Imagined Communities.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun