Mohon tunggu...
Yopiklau
Yopiklau Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka hal-hal sederhana

Banyak keajaiban tersembunyi dalam kesederhanaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persatuan Bukan Penyeragaman (Refleksi Hari Sumpah Pemuda Bagi Persatuan Kabinet Merah Putih)

28 Oktober 2024   16:03 Diperbarui: 30 Oktober 2024   15:56 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari yang sama setelah sidang pertama Kabinet Merah Putih, mereka berangkat ke Akmil Lembah Tidar, Magelang untuk digembleng selama 3 hari (24-27 Oktober). Dilansir dari laman tirto.id, selama di sana para anggota kabinet menjalankan beberapa agenda yaitu penyamaan visi-misi dengan para menteri, membawa tradisi heroisme di pemerintahan mendatang, membangun kerja sama tim di kalangan menteri, dan mendapatkan pembekalan bernegara dan anti korupsi. Selama berkegiatan, mereka mengenakan seragam loreng ala tentara dan seragam safari cokelat muda khas Prabowo. Pemakaian seragam tersebut selain agar memastikan tubuh tetap hangat, juga untuk membina kekompakan.

Persatuan Bukan Penyeragaman 

Persatuan adalah suatu keadaan utuh dan tidak terpecah-pecah. Pemahaman ini ditegaskan oleh Sugondo Djojopuspito selaku ketua kongres pada rapat pertama Kongres Pemuda II tanggal 27 Oktober 1928: "Perceraiberaian itu wajiblah diperangi, agar kita bisa bersatu". Ucapan Sugondo itu merupakan sebuah ajakan sekaligus penegasan makna persatuan yang sesungguhnya sebagai keadaan tanpa perceraiberaian. Berdasarkan pemahaman ini, tampak bahwa persatuan mengandaikan adanya keberagaman yang diikat menjadi satu tanpa terlepas satu sama lain. Hal ini makin jelas dimengerti apabila kita merujuk pada arti persatuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu gabungan, ikatan, atau kumpulan beberapa bagian yang sudah menjadi satu.

Persatuan Sumpah Pemuda bukan penyeragaman. Menurut KBBI, penyeragaman adalah proses, cara, perbuatan menyeragamkan. Kata kerja penyeragaman itu berasal dari kata dasar 'seragam' yang berarti sama ragam (corak, bentuk, susunan). Jadi, penyeragaman merupakan upaya mengubah corak yang berbeda menjadi sama. Penyeragaman beresiko pada pemiskinan warna. 

Tindakan itu tentu saja berbeda dengan konsep persatuan Sumpah Pemuda yang dimaksudkan oleh para anggota Kongres Pemuda II Tahun 1928. Mereka tetap menghargai keberagaman masyarakat Indonesia dengan segala kekayaan bahasa daerah, suku, dan daerah masing-masing. Keberagaman itu hanya perlu disatukan oleh satu bahasa yakni bahasa Indonesia, satu tanah tumpah darah yakni tanah air Indonesia, dan satu bangsa yakni bangsa Indonesia. Tiga hal itu menjadi tali pengikat agar masyarakat Indonesia tidak tercerai-berai melainkan menjadi sebuah ikatan yang kuat untuk merdeka dan menggapai cita-cita luhurnya.

Ajakan persatuan dalam Kabinet Merah Putih mestinya juga bukan sebagai ajakan penyeragaman. Seragam loreng atau cokelat muda yang kompak mereka pakai selama retret di Akmil Lembah Tidar mudah-mudahan bukan menjadi tanda awal penyeragaman semua hal yang menjadi keunikan kapasitas para menteri dan wakilnya. 

Mereka harus berjuang untuk satu visi yang sama demi mewujudkan cita-cita bangsa, tetapi perlu membiarkan masing-masing berkreasi dengan warna yang khas. Mestinya menjadi menteri atau wakil menteri bukan berarti menjadi pembantu yang siap membeo tanpa daya kritis maupun penolakan, tetapi juga berani menunjukkan perbedaan meski berlawanan dengan atasan. Yang penting sama-sama memperjuangkan satu tujuan.

Selama ini kita selalu menyaksikan para menteri dan wakil menteri yang cenderung seragam di bawah kendali presiden dan wakil presidennya. Mereka seakan dibuat kompak untuk memuji dan membela sang 'majikan' meskipun rakyat sedang berteriak menuntut keadilan dan kemakmuran. Potret kabinet seperti itu cukup menjadi cerita masa lalu. Kita menunggu pembuktian dari Kabinet Merah Putih saat ini. Mudah-mudahan mereka menjadi pejabat pemerintahan bukan pertama-tama untuk mengabdi keinginan sang 'tuan', tapi terutama menjadi pembela rakyat yang berani berkorban demi memperjuangkan kesejahteraan dan keadilan.

Salam Sumpah Pemuda, salam persatuan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun