Mohon tunggu...
Yopiklau
Yopiklau Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka hal-hal sederhana

Banyak keajaiban tersembunyi dalam kesederhanaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persatuan Bukan Penyeragaman (Refleksi Hari Sumpah Pemuda bagi Persatuan Kabinet Merah Putih)

28 Oktober 2024   16:03 Diperbarui: 28 Oktober 2024   16:42 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar:Pixabay)

Persatuan Sumpah Pemuda bukan penyeragaman. Menurut KBBI, penyeragaman adalah proses, cara, perbuatan menyeragamkan. Kata kerja penyeragaman itu berasal dari kata dasar 'seragam' yang berarti sama ragam (corak, bentuk, susunan). Jadi, penyeragaman merupakan upaya mengubah corak yang berbeda menjadi sama. Penyeragaman beresiko pada pemiskinan warna. Tindakan itu tentu saja berbeda dengan konsep persatuan Sumpah Pemuda yang dimaksudkan oleh para anggota Kongres Pemuda II Tahun 1928. Mereka tetap menghargai keberagaman masyarakat Indonesia dengan segala kekayaan bahasa daerah, suku, dan daerah masing-masing. Keberagaman itu hanya perlu disatukan oleh satu bahasa yakni bahasa Indonesia, satu tanah tumpah darah yakni tanah air Indonesia, dan stu bangsa yakni bangsa Indonesia. Tiga hal itu menjadi tali pengikat agar masyarakat Indonesia tidak tercerai-berai melainkan menjadi sebuah ikatan yang kuat untuk merdeka dan menggapai cita-cita luhur.

Ajakan persatuan dalam Kabinet Merah Putih mestinya juga bukan sebagai ajakan penyeragaman. Seragam loreng atau cokelat muda yang kompak mereka pakai selama retret di Akmil lembah Tidar tidak boleh menjadi tahap awal penyeragaman semua hal yang menjadi keunikan kapasitas para menteri dan wakilnya. Mereka berjuang untuk satu visi yang sama demi mewujudkan cita-cita bangsa, tetapi dengan membiarkan masing-masing berkreasi dengan warna yang khas. Mestinya menjadi menteri atau wakil menteri bukan berarti menjadi pembantu yang siap membeo tanpa daya kritis maupun penolakan, tetapi juga berani menunjukkan perbedaan meski berlawanan dengan atasan. Yang penting sama-sama memperjuangkan satu tujuan.

Selama ini kita selalu menyaksikan para menteri dan wakil menteri yang cenderung seragam di bawah kendali presiden dan wakil presidennya. Mereka kompak memuji dan membela sang 'tuan', meskipun rakyat sedang berteriak menuntut keadilan dan kemakmuran. Mereka seperti telah dihipnotis untuk diam kepada penguasa dan hanya mencari kesalahan pada rakyat jelata. Potret kabinet seperti itu cukup menjadi pelajaran masa lalu. Kita menunggu pembuktian dari Kabinet Merah Putih dengan posturnya yang kian gemuk. Mudah-mudahan mereka menjadi pejabat pemerintahan bukan pertama-tama untuk mengabdi keinginan sang 'tuan', tapi terutama menjadi pembela rakyat yang memperjuangkan kesejahteraan.

Salam Sumpah Pemuda!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun